Pengertian Kepemimpinan menurut para ahli
Adapun
beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli yaitu:
Pengertian kepemimpinan menurut Hemhill dan Coons adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goals). Pengertian kepemimpinan menurut Stogdill menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi. Pengertian kepemimpinan menurut Katz dan Kahn menyatakan bahwa adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada , dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi. Pengertian kepemimpinan menurut Jacobs dan Jacques menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses memberi arti atau pengarahan yang berarti terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. Pengertian kepemimpinan menurut S.P. Siagian menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu keterampilan dan kemampuan dari seseorang yang telah menduduki jabatan menjadi pimpinan dalam sebuah pekerjaan dalam mempengaruhi tindakan orang lain, terutama kepada bawahannya agar berfikir dan bertingkah laku sedemikian rupa sehingga melalui tingkah laku positif ini dapat memberikan sumbangan yang nyata didalam pencapaian tujuan organisasi.
Pengertian kepemimpinan menurut Hemhill dan Coons adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai bersama (shared goals). Pengertian kepemimpinan menurut Stogdill menyatakan bahwa kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam harapan dan interaksi. Pengertian kepemimpinan menurut Katz dan Kahn menyatakan bahwa adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada , dan berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi. Pengertian kepemimpinan menurut Jacobs dan Jacques menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses memberi arti atau pengarahan yang berarti terhadap usaha kolektif dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran. Pengertian kepemimpinan menurut S.P. Siagian menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu keterampilan dan kemampuan dari seseorang yang telah menduduki jabatan menjadi pimpinan dalam sebuah pekerjaan dalam mempengaruhi tindakan orang lain, terutama kepada bawahannya agar berfikir dan bertingkah laku sedemikian rupa sehingga melalui tingkah laku positif ini dapat memberikan sumbangan yang nyata didalam pencapaian tujuan organisasi.
Tipe dan Gaya kepemimpinan
Pemimpin itu memiliki sifat, kebiasaan dan watak serta kepribadian yang khas. Dari tingkah laku dan gayanya lah yang dapat membedakan dirinya dibanding orang lain. Gaya tentunya akan selalu dapat mewarnai perilaku dan tipe seseorang dalam pemimpin atau gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan
Adapun
gaya-gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut
– Gaya kepemimpinan otokratis
– Gaya kepemimpinan otokratis
Gaya ini terkadang disebut
sebagai kepemimpinan yang terpusat pada diri pemimpin atau gaya direktif. Gaya
otokratis ini ditandai dengan adanya petunjuk yang sangat banyak sekali yang
berasal dari pemimpin dan tidak ada satupun peran para anak buah dalam
merencanakan dan sekaligus mengambil suatu keputusan. Gaya kepemimpinan
otokratis ini akan menentukan sendiri keputusan, peran, bagaimana, kapan dan
bilamana secara sepihak. Yang pasti tugas yang diperintahkan mesti
dilaksanakan. Paling sangat menonjol dalam gaya kepemimpinan otokratis ini
adalah seseorang akan memberikan perintah dan mesti dipatuhi. Ia akan memerintah
berdasarkan dari kemampuannya untuk menjatuhkan hukuman serta memberikan
hadiah. Gaya kepemimpinan otokratis adalah suatu kemampuan dalam mempengaruhi
orang lain yang ada disekitar agar mau bersedia berkerjasama dalam mencapai
tujuan yang sudah ditentukan dengan ditempuh atas segala cara kegiatan yang
akan dijalankan atas dasar putusan dari pemimpin.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis ini yaitu wewenang mutlak itu terpusat dari pemimpin, keputusan akan selalu dibuat oleh pemimpin, kebijakan akan selalu dibuat oleh pemimpin, komunikasi hanya berlangsung dalam satu arah dimana dari pimpinan ke bawahan bukan sebaliknya, pengawsan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) dari para bawahannya dilakukan dengan ketat, tak ada kesempatan untuk para bawahan dalam memberikan (pendapat, saran atau pertimbangan), lebih banyak mendapatkan kritikan dibanding pujian, menuntut adanya kesetiaan dan prestasi yang sempurna dari para bawahan tanpa adanya syarat, dan cenderung memberikan paksaan, hukuman dan anacaman.
– Gaya Kepemimpinan Demokratis
Gaya kepemimpinan demokratis
adalah suatu kemampuan dalam mempengaruh orang lain agar dapat bersedia untuk
bekerja sama dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dengan berbagai cara
atau kegiatan yang dapat dilakukan dimana ditentukan bersama antara bawahan dan
pimpinan.
Gaya tersebut terkadan gidsebut sebagai gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau konsultatif. Pemimpin yang berkonsultasi kepada anak buahnya dalam merumuskan suatu tindakan putusan bersama. Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki wewenang pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang dari bawahan atau pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk memunculkan saling percaya dan saling menghormati.
Gaya tersebut terkadan gidsebut sebagai gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan dengan adanya kesederajatan, kepemimpinan partisipatif atau konsultatif. Pemimpin yang berkonsultasi kepada anak buahnya dalam merumuskan suatu tindakan putusan bersama. Adapun ciri-ciri dari gaya kepemimpinan demokratis ini yaitu memiliki wewenang pemimpin yang tidak mutlah, pimpinan bersedia dalam melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan, kebijakan dan keputusan itu dibuat bersama antara bawahan dan pimpinan, komunikasi dapat berlangsung dua arah dimana pimpinan ke bawahan dan begitupun sebaliknya, pengawasan terhadap (sikap, perbuatan, tingkah laku atau kegiatan) kepada bawahan dilakukan dengan wajar, prakarsa bisa datang dari bawahan atau pimpinan, bawahan memiliki banyak kesempatan dalam menyampaikan saran atau pendapat dan tugas-tugas yang diberikan kepada bawahan bersifat permintaan dengan mengenyampingkan sifat instruksi, dan pimpinan akan memperhatikan dalam bertindak dan bersikap untuk memunculkan saling percaya dan saling menghormati.
– Gaya Kepemimpinan Delegatif
Gaya kepemimpinan delegatif
memiliki ciri-ciri yaitu pemimpin akan jarang dalam memberikan arahan, pembuat
keputusan diserahkan kepada bawahan, dan anggota organisasi tersebut diharapkan
bisa menyelesaikan segala permasalahannya sendiri. Gaya kepemimpinan delegatif
ini memiliki ciri khas dari perilaku pemimpin didalam melakukan tugasnya
sebagai pemimpin. Dengan demikian, maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan
sangat dipengaruhi adanya karakter pribadinya. Kepemimpinan delegatif merupakan
sebuah gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pimpinan untuk bawahannya yang
mempunyai kemampuan, agar bisa menjalankan aktivitasnnya yang untuk sementara
waktu tak bisa dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai macam sebab. Gaya
kepemimpinan delegatif ini sangat cocok dilakukan kalau staff yang dimiliki
ternyata mempunyai motivasi dan kemampuan yang tinggi. Dengan demikian pimpinan
tak terlalu banyak dalam memberikan perintah kepada bawahannya, bahkan pemimpin
akan lebih banyak dalam memberikan dukungan untuk bawahannya.
– Gaya Kepemimpinan Birokratis.
Gaya kepemimpinan birokratis
ini dilukiskan dengan pernyataan “Memimpin berdasarkan adanya peraturan”.
Perilaku memimpin yang ditandai dengan adanya keketatan pelaksanaan suatu
prosedur yang telah berlaku untuk pemimpin dan anak buahnya. Pemimpin yang
birokratis, secara umum akan membuat segala keputusan itu berdasarkan dari aturan
yang telah berlaku dan tidak ada lagi fleksibilitas. Segala kegiatan mesti
terpusat pada pemimpin dan sedikit saja diberikan kebebasan kepada orang lain
dalam berkreasi dan bertindak, itupun tak boleh melepaskan diri dari ketentuan
yang sudah berlaku. Adapun beberapa ciri gaya kepemimpinan birokratis ialah Pimpinanakan
menentukan segala keputusan yang berhubungan dengan seluruh pekerjaan dan akan
memerintahkan semua bawahan untuk bisa melaksanakannya; Pemimpin akan
menentukan semua standar tentang bagaimana bawahan akan melakukan tugas; Adanya
sanksi yang sangat jelas kalau seorang bawahan tidak bisa menjalankan tugas
sesuai dengan standar kinerja yang sudah ditentukan.
Gaya ini akan mendorong
kemampuan anggota dalam mengambil inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang
telah dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya tersebut hanya dapat berjalan jika
bawahan mampu memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan dalam mengejar
tujuan dan sasaran yang cukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali dalam menggunakan kekuasaannya atau sama sekali telah membiarkan anak buahnya untuk berbuat dalam sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez Faire adalah Bawahan akan diberikan kelonggaran atau fleksibelitas dalam menjalankan tugas-tugasnya, tetapi dengan hati-hati diberikan batasan serta berbagai macam prosedur; Bawahan yang sudah berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugasnya akan diberikan hadiah atau penghargaan, di samping adanya suatu sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan; Hubungan antara pimpinan dan bawahan dalam suasana yang sangat baik secara umum manajer akan bertindak cukup baik; Manajer akan menyampaikan berbagai macam peraturan yang berhubungan dengan tugas-tugas atau perintah, dan sebaliknya para bawahan akan diberikan kebebasan dalam memberikan pendapatannya.
– Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang telah
memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang ingin diambil dari dirinya
sendiri dengan secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab akan
dipegang oleh si pemimpin yang bergaya otoriter tersebut, sedangkan para
bawahan hanya sekedar melaksanakan tugas yang sudah diberikan.
Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya mengarah kepada tugas. Artinya dengan adanya tugas yang telah diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini mesti diproyeksikan dalam bagaimana ia dalam memerintah kepada bawahannya agar mendapatkan kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah menjadi suatu mesin yang hanya sekedar digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tidak pernah sekalipun diperhatikan.
– Gaya Kepemimpinan Karismatis
Kelebihan dari gaya
kepemimpinan karismatis ini ialah mampu menarik orang. Mereka akan terpesona
dengan cara berbicaranya yang akan membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin
dengan memiliki gaya kepribadian ini akan visionaris. Mereka sangat menyenangi
akan perubahan dan adanya tantangan.
Mungkin, kelemahan terbesar dari tipe kepemimpinan model ini dapat di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong yang Nyaring Bunyinya. Mereka hanya mampu menarik orang untuk bisa datang kepada mereka. Setelah beberapa lama kemudian, orang – orang yang datang tersebut akan kecewa karena adanya ketidak-konsisten-an. Apa yang telah diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta dalam pertanggungjawabannya, si pemimpin akan senantiasa memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.
– Gaya Kepemimpinan Diplomatis
Kelebihan gaya kepemimpinan
diplomatis ini terdapat di penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali
selalu melihat dari satu sisi, yaitu pada sisi keuntungan dirinya. Sisanya,
melihat dari sisi keuntungan pada lawannya. Hanya pemimpin dengan mengguanakan
kepribadian putih ini yang hanya bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa
yang dapat menguntungkan dirinya, dan juga dapat menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan merupakan kelemahan pemimpin dengan menggunakan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat begitu sabar dan sanggup dalam menerima tekanan. Namun kesabarannya ini dapat sangat keterlaluan. Mereka dapat menerima perlakuan yang takmenyengangkan tersebut, tetapi pengikut-pengikutnya tidak menerimanya. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya akan meninggalkan si pemimpin.
– Gaya Kepemiminan Moralis
Kelebihan dari gaya
kepemimpinan moralis seperti ini ialah pada umumnya Mereka hangat dan sopan untuk semua orang. Mereka
mempunayi empati yang tinggi terhadap segala permasalahan dari para bawahannya,
juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan-kebajikan ada dalam diri
pemimpin tersebut. Orang – orang akan datang karena kehangatannya terlepas dari
semua kekurangannya. Kelemahan dari pemimpinan seperti ini ialah emosinya.
Rata-rata orang seperti ini sangatlah tidak stabil, terkadang dapat tampak
sedih dan sangat mengerikan, kadang pula bisa saja sangat begitu menyenangkan
dan bersahabat.
– Gaya Kepemimpinan Administratif
Gaya kepemimpinan tipe ini akan
terkesan kurang inovatif dan telalu kaku dalam memandang aturan. Sikapnya
sangat konservatif serta kelihatan sekali takut di dalam mengambil resiko dan
mereka cenderung akan mencari aman.
– Gaya kepemimpinan analitis (Analytical).
Dalam gaya kepemimpinan tipe
ini, biasanya untuk pembuatan keputusan didasarkan pada suatu proses
analisis, terutama analisis logika dari setiap informasi yang didapatkan.
Gaya ini akan berorientasi pada hasil dan akan lebih menekankan pada
rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini
sangatlah mengutamakan logika dengan menggunakan beberap pendekatan-pendekatan
yang masuk akal serta kuantitatif.
– Gaya kemimpinan asertif (Assertive).
Gaya kepemimpinan ini bersifat
lebih agresif dan memiliki perhatian yang sangat begitu besar pada suatu
pengendalian personal dibandingkan dengan gaya kepemimpinan yang lainnya.
Pemimpin tipe asertif lebih terbuka didalam konflik dan kritik. Setiap
Pengambilan keputusan muncul dari suatu proses argumentasi dengan adanya
beberapa sudut pandang sehingga muncullah kesimpulan yang memuaskan.
– Gaya kepemimpinan entrepreneur.
Gaya kepemimpinan ini sangatlah
menaruh perhatian pada kekuasaan dan hasil akhir serta kurang
mengutamakan untuk kebutuhan akan kerjasama. Gaya kepemimpinan model ini
biasanya akan selalu mencari pesaing dan akan menargetkan standar yang tinggi.
– Gaya Kepemimpinan Visionera
Kepemimpinan visioner,
merupakan pola kepemimpinan yang ditujukan untuk bisa memberi arti pada kerja
dan usaha yang perlu dijalankan secara bersama-sama oleh para anggota
perusahaan dengan cara memberikan arahan dan makna pada suatu kerja dan usaha
yang dilakukan berdasarkandengan visi yang jelas. Kepemimpinan Visioner akan
memerlukan kompetensi tertentu. Pemimipin visioner setidaknya mesti mempunya
empat kompetensi kunci sebagaimana dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu 1.
Seorang pemimpin visionermesti mempunayi kemampuan untuk bisa berkomunikasi
secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi. Hal ini
membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and motivation.”
; 2. Seorang pemimpin visioner mesti dapat memahami lingkungan luar dan dapat
memiliki kemampuan dalam bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang
yang datang. Ini termasuk, yang paling penting, dapat “relate skillfully”
dengan orang-orang kunci yang ada di luar organisasi, namun memainkan peran
yang sangat penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan). ; 3. Seorang
pemimpin mesti bisa memegang peran penting didalam membentuk dan dapat
mempengaruhi segala praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa. Seorang
pemimpin dalam hal ini mesti dapat terlibat di dalam organisasi untuk bisa
menghasilkan dan dapat mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan
mempersiapkan dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved
vision). ; 4. Seorang pemimpin visioner mesti bisa mempunyai atau mengembangkan
“ceruk” untuk bisa mengantisipasi apa yang terjadi di masa depan. Ceruk ini
merupakan ssebuah suatu bentuk imajinatif, yang mengacu atas kemampuan data
untuk dapat mengakses segala kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain
sebagainya. Ini termasuk kemampuan dalam mengatur sumber daya organisasi guna
dapat memperiapkan diri menghadapi adanya kemunculan kebutuhan dan perubahan
ini.
– Gaya Kepemimpinan Situasional
kepemimpinan situasional ialah
“a leadership contingency theory that focuses on followers readiness/maturity”.
Inti dari teori kepemimpinan situational ialah bahwa suatu gaya kepemimpinan
seorang pemimpin akan dapat berbeda-beda, tergantung dari seperti apa tingkat
kesiapan para pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik. Kepemimpinan yang efektif ialah bergantung dari relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu dapat mengadaptasi gaya kepemimpinan yang sangat tepat.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional ialah mengenai tidak adanya gaya kepemimpinan yang paling terbaik. Kepemimpinan yang efektif ialah bergantung dari relevansi tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu dapat mengadaptasi gaya kepemimpinan yang sangat tepat.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya pada soal pengaruh terhadap individu dan kelompok akan tetapi bergantung juga terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan. Jadi pendekatan pada kepemimpinan situasional itu mesti fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik.
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia mesti mampu dalam menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang selalu berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional akan bertumpu pada dua konsep yang fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan.
– Gaya Kepemimpinan Militeristik
Tipe pemimpin seperti ini
sangatlah mirip dengan tipe pemimpin yang otoriter yang merupakan tipe pemimpin
yang senantiasa bertindak sebagai diktator terhadap para anggota kelompoknya.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik yaitu: (1) lebih banyak
dalam menggunakan sistem perintah atau komando, keras dan sangat begitu
otoriter, kaku dan seringkali untuk kurang bijaksana, (2) menghendaki adanya
kepatuhan yang mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi suatu formalitas,
upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang terlalu berlebihan, (4)
menuntut adanya sebuah disiplin yang keras dan kaku dari para bawahannya, (5)
tidak menghendaki adanya saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya, (6) komunikasi hanya dapat berlangsung searah.
#kutipanBC Adetya Rakasihwi - Sekian Informasi Bisa saya sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di Bukucatatan.xyz. Kami senantiasa memberikan berita dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari berbagai sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE