BC Adetya Rakasihwi -
Sekian Informasi Bisa saya sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di Bukucatatan.xyz. Kami senantiasa memberikan berita dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari berbagai sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat
1. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,
dan pengelolaan kelas.
Guna
memperkuat pendekatan saintifik serta pendekatan rekayasa dan teknologi serta
mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya nyata, baik individual
maupun kelompok, maka diterapkan strategi pembelajaran menggunakan model model
pembelajaran penyingkapan (inquiry
learning), pembelajaran penemuan (discovery
learning) dan pendekatan pembelajaran berbasis hasil karya yang meliputi
pembelajaran berbasis masalah (problem
based learning) serta pelatihan berbasis produk (production based training)
dan pembelajaran berbasis proyek (project
based learning) serta teaching
factorysesuai dengan karakteristik pendidikan menengah kejuruan.
2.
Jenis dan sintaksis model
pembelajaran
a. Model Pembelajaran Penemuan(Discovery
Learning))
Model pembelajaran penemuan (Discovery
Learning) adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses
intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery
terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa hukum,
konsep dan prinsip, melalui observasi, klasifikasi, pengukuran,
prediksi, penentuan dan inferi(pengambilan
keputusan/kesimpulan). Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan
discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilating
concepts and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). Sebagai Contoh penerapan
model ini melalui strategi deduktif dimana peserta didik diberikan tugas untuk
menentukan rumus luas lingkaran melalui permainan kertas berbentuk lingkaran
yang dibagi dalam n sektor yang sama besar, kemudian menyusunnya sedemikian
rupa sehingga berbentuk seperti persegi panjang dan rumus keliling sudah
diketahui sebelumnya. Dari permainan kertas tersebut peserta didik dapat
menemukan bahwa luas lingkaran adalah..............;
Tujuan pembelajaran model Discovery
Learning
·
Meningkatkan
Kesempatan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran
·
Peserta
didik belajar menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak
·
Peserta
didik belajar merumuskan strategi tanya jawab yang tidak rancu dan memperoleh
informasi yang bermanfaat dalam menemukan
·
Membantu
peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi
informasi serta mendengarkan dan menggunakan ide-ide orang lain
·
Meningkatkan
Keterampilan konsep dan prinsip peserta didik yang lebih bermakna
·
Dapat
mentransfer keterampilan yang dibentuk dalam situasi belajar penemuan ke dalam
aktivitas situasi belajar yang baru
Sintak
model Discovery Learning
·
Pemberian rangsangan (Stimulation);
·
Pernyataan/Identifikasi masalah
(Problem Statement);
·
Pengumpulan data (Data
Collection);
·
Pembuktian (Verification),
dan
·
Menarik
simpulan/generalisasi (Generalization).
b. Model Inquiry
Learning Terbimbing dan Sains
Model pembelajaran yang dirancang membawa peserta didik dalam proses
penelitian melalui penyelidikan dan penjelasan dalam setting waktu yang singkat (Joice &Wells, 2003).
Model pembelajaran Inkuiri terbimbing merupakan kegiatan pembelajaran
yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki sesuatu secara sistematis kritis dan logis sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri temuannya
dari sesuatu yang dipertanyakan.
Sedangkan Inkuiri Sains esensinya adalah melibatkan siswa pada kasus yang nyata
di dalam penyelidikan dengan cara mengkonfontasi dengan area yang diselidiki,
dengan cara membantu mereka mengidentifikasi konsep atau metodologi pada area
investigasi serta mendorong dalam cara-cara mengatasi masalah.
Tujuan Pembelajaran Inquiry untuk
mengembangkan kemampuan berfikir secara sistimatis, logis dan kritis sebagai
bagian dari proses mental.
Sintak/tahap
model inkuiri terbimbing meliputi:
·
Orientasi masalah;
·
Pengumpulan data dan
verifikasi;
·
Pengumpulan data melalui
eksperimen;
·
Pengorganisasian dan
formulasi eksplanasi, dan
·
Analisis proses inkuiri.
Sintak/tahap
model inkuiri Sains (Biology)
·
Menentukan area investigasi
termasuk metodologi yang akan digunakan
·
Menstrukturkan
problem/masalah
·
Mengidentifikasi
problem-problem yang kemungkinan terjadi
dalam proses investigasi
·
Menyelesaikan kesulitan/masalah dengan
melakukan desain ulang, mengumpulkan dan mengorganisir data dengan cara lain
dan sebagainya.
c. Model Pembelajaran Problem
Based Learning (PBL)
Merupakan pembelajaran yang menggunakans berbagai kemampuan berpikir
dari peserta didik secara individu maupun kelompok serta lingkungan nyata (autentik) untuk
mengatasi permasalahan sehingga bermakna, relevan, dan kontekstual (Tan Onn
Seng, 2000).Problem Based Learning untuk pemecahan masalah
yang komplek, problem-problem nyata dengan menggunakan pendekataan studi
kasus.Peserta didik melakukan penelitian dan menetapan solusi untuk pemecahan
masalah. (Bernie Trilling & Charles Fadel, 2009: 111).
TujuanPembelajaran PBL
untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada permasalahan
baru/nyata, pengintegrasian konsep High
Order Thinking Skills (HOT’s) yakni pengembangan
kemampuan berfikir kritis,
kemampuan pemecahan masalah dan secara
aktif mengembangkan keinginan dalam
belajar dengan mengarahkan belajar diri sendiri dan keterampilan (Norman and
Schmidt).Pengembangan
kemandirian belajar dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk
mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber-sumber belajar yang relevan
untuk menyelesaikan masalah.
Sintak
model Problem Based Learning dari
Bransford and Stein (dalam Jamie Kirkley, 2003:3) terdiri atas:
·
Mengidentifikasi masalah;
·
Menetapkan masalah melalui
berpikir tentang masalah dan menyeleksi informasi-informasi yang relevan;
·
Mengembangkan solusi melalui
pengidentifikasian alternatif-alternatif, tukar-pikiran dan mengecek perbedaan
pandang;
·
Melakukan tindakan
strategis, dan
·
Melihat ulang dan
mengevaluasi pengaruh-pengaruh dari solusi yang dilakukan.
Sintak
model Problem Solving Learning Jenis Trouble Shooting (David H. Jonassen,
2011:93) terdiri atas:
·
Merumuskan uraian masalah;
·
Mengembangkan kemungkinan
penyebab;
·
Mengetes penyebab atau
proses diagnosis, dan
·
Mengevaluasi.
d. Model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL).
Model pembelajaran PjBL merupakan pembelajaran dengan menggunakan proyek nyata dalam
kehidupan yang didasarkan pada motivasi tinggi, pertanyaan menantang,
tugas-tugas atau permasalahan untuk membentuk penguasaan kompetensi yang
dilakukan secara kerja sama dalam upaya memecahkan masalah (Barel, 2000 and
Baron 2011).
Tujuan
Project Based Learning adalah meningkatkan motivasi belajar, team work,
keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level tinggi/
taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21 (Cole & Wasburn
Moses, 2010).
Sintak/tahapan
model pembelajaran Project Based Learning,
meliputi:
·
Penentuan pertanyaan
mendasar (Start with the Essential
Question);
·
Mendesain perencanaan
proyek;
·
Menyusun jadwal (Create a
Schedule);
·
Memonitor peserta didik dan
kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the Project);
·
Menguji hasil (Assess the
Outcome), dan
·
Mengevaluasi pengalaman
(Evaluate the Experience).
e. Model Pembelajaran Production
Based Training/
Production Based Education
Training
Model inimerupakan
proses pendidikan dan pelatihan yang menyatu pada proses produksi, dimana
peserta didik diberikan pengalaman belajar pada situasi yang kontekstual
mengikuti aliran kerja industri mulai dari perencanaan berdasarkan pesanan,
pelaksanaan dan evaluasi produk/kendali mutu produk, hingga langkah pelayanan
pasca produksi.
Tujuan
penggunaan model pembelajaran PBT/PBET adalah untuk menyiapkan peserta didik agar memiliki
kompetensi kerja yang berkaitan dengan kompetensi teknis serta kemampuan
kerjasama (berkolaborasi)
sesuai tuntutan organisasi kerja.
Sintaks/tahapan
model pembelajaran Production Based
Trainning meliputi:
·
Merencanakan produk;
·
Melaksanakan proses
produksi;
·
Mengevaluasi produk
(melakukan kendali mutu), dan
·
Mengembangkan
rencana pemasaran.
(Diadaptasi dari Ganefri;
2013; G. Y. Jenkins, Hospitality 2005).
f. Model
Pembelajaran Teaching Factory
Pembelajaran
teaching factory adalah model pembelajaran di SMK berbasis produksi/jasa yang
mengacu pada standar dan prosedur yang berlaku di industri dan dilaksanakan
dalam suasana seperti yang terjadi di industri.Pelaksanaan
teaching factory menuntut
keterlibatan mutlak pihak industri sebagai pihak yang relevan menilai kualitas
hasil pendidikan di SMK. Pelaksanaan teaching
factory (TEFA) juga harus melibatkan
pemerintah, pemerintah daerah dan stakeholders dalam pembuatan regulasi,
perencanaan, implementasi maupun evaluasinya.
Pelaksanaanteaching
factory
sesuai Panduan TEFA Direktorat PMK terbagi atas 4 model , dan dapat digunakan
sebagai alat pemetaan SMK yang telah melaksanakan TEFA. Adapun model
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Model pertama, Dual Sistemdalam bentuk praktek kerja
industri yaitu pola pembelajaran kejuruan di tempat kerja yang dikenal sebagai experience based training atau enterprise based training.
2) Model Kedua, Competency Based Training (CBT) atau pelatihan berbasis kompetensi
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengembangan dan
peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan. Pada metode ini, penilaian peserta didik dirancang sehingga dapat
memastikan bahwa setiap peserta didik telah mencapai keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan pada setiap unit kompetensi yang ditempuh.
3) Model ketiga Production Based Education and Training(PBET)
merupakan pendekatan pembelajaran berbasis produksi. Kompetensi yang telah
dimliki oleh peserta didik perlu diperkuat dan dipastikan keterampilannya
dengan memberikan pengetahuan pembuatan produk nyata yang dibutuhkan dunia
kerja (industri dan masyarakat).
4) Model keempat, Teaching factory adalah konsep
pembelajaran berbasis industri (produk dan jasa) melalui sinergi sekolah dan
industri untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dengan kebutuhan pasar.
Tujuan Pembelajaran Teaching Factory
1)
Mempersiapkan
lulusan SMK menjadi pekerja, dan wirausaha;
2)
Membantu
siswa memilih bidang kerja yang sesuai dengan kompetensinya.
3)
Menumbuhkan
kreatifitas siswa melalui learning by doing.
4)
Memberikan
keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja.
5)
Memperluas
cakupan kesempatan rekruitmen bagi lulusan SMK
6)
Membantu
siswa SMK dalam mempersiapkan diri menjadi tenaga kerja, serta membantu
menjalin kerjasama dengan dunia kerja yang aktual, dll
7)
memberi
kesempatan kepada siswa SMK untuk melatih keterampilannya sehingga dapat
membuat keputusan tentang karier yang akan dipilih.
Tujuan yang
selaras tentang pembelajaran teaching factory
(Sema E. Alptekin, Reza Pouraghabagher, atPatricia McQuaid, and Dan Waldorf;
2001) adalah:
1)
Menyiapkan
lulusan yang lebih profesional melalui pemberian konsep manufaktur moderen
sehingga secara efektif dapat berkompetitif di industri.
2)
Meningkatkan
pelaksanaan kurikulum SMK yang berfokus pada konsep manufaktur moderen.
3)
Menunjukan
solusi yang layak pada dinamika teknologi dari usaha yang terpadu
4)
Menerima
transfer teknologi dan informasi dari industri pasangan terutama pada aktivitas
peserta didik dan guru saat pembelajaran.
Sintaksis Teaching Factory
Pembelajaran
teaching factory dapat menggunakan
sintaksis PBET/PBT atau dapat juga menggunakan sintaksis yang diterapkan di Cal
Poly-San Luis Obispo USA ( Sema E. Alptekin: 2001) dengan langkah-langkah:
·
Merancang
produk
·
Membuat
prototype
·
Memvalidasi
dan memverifikasi prototype
·
Membuat
produk masal
Berdasarkan
hasil penelitian,Dadang Hidayat (2011) mengembangkan langkah-langkah
pembelajaran Teaching Factory sebagai
berikut :
·
Menerima
Order
·
Menganalisis
order
·
Menyatakan
Kesiapan mengerjakan order
·
Mengerjakan
order
·
Mengevaluasi
produk
·
Menyerahkan
order
3.
Analisis Pemilihan Model
Pembelajaran
Memilih atau menentukan model
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh karakteristik Kompetensi Dasar (KD), tujuan yang akan dicapai dalam pengajaran, sifat
dari materi yang akan diajarkan, dan tingkat kemampuan peserta didik. Di
samping itu, setiap model pembelajaran mempunyai tahap-tahap (sintaks) yang
dapat dilakukan peserta didik dengan bimbingan guru
Pemilihan
suatu model belajar sangat ditentukan oleh isi rumusan Kompetensi Dasar/materi
pembelajaran.Model pembelajaran tertentu hanya tepat digunakan untuk materi
pembelajaran tertentu. Sebaliknya materi pembelajaran tertentu akan dapat
berhasil maksimal jika menggunakan model pembelajaran tertentu pula. Guru
harus menganalisis rumusan pernyataan setiap KD, apakah cenderung pada
pembelajaran penyingkapan (Discovery/Inquiry
Learning) atau pada pembelajaran hasil karya (Problem Based Learning dan Project Based Learning).
Rumusan KD
yang mengarah pada pembentukan penguasaan konsep dan prinsip tentu sangat tepat
menggunakan model pembelajaran Inquiry atau model pembelajaran discovery learning karena ke dua model pembelajaran tersebut
membentuk kemampuan eksplanasi terhadap konsep phenomena alam dan sosial yang
terjadi. Guru pada saat akan memilih model belajar perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut di antaranya:
a. Menganalisis rumusan
pernyataan setiap KD
b.
Membaca
tujuan dari setiap model belajar
c.
Menentukan
apakah rumusan KD cenderung pada pembentukan konsep/prinsip atau pada
pembentukan hasil karya
d.
Kompetensi
Dasar (KD-di KI-3; KD-di KI-4) pada
kelompok mata pelajaran Dasar Kejuruan (C1) dan kelompok mata pelajaran Dasar
Keahlian (C2) yang cenderung pada penguasaan konsep/prinsip yang membentuk
kemampuan eksplanasi sangat tepat menggunakan model pembelajaran Inquiry/Discovery
learning sebagai fondasi mata pelajaran kelompok Kompetensi Keahlian (C3).
e. Kompetensi Dasar (KD-di KI-3;
KD-di KI-4) pada kelompok mata pelajaran kompetensi keahlian (C3) yang
cenderung membentuk kemampuan solusi-solusi teknologi dan rekayasa atau hasil
karya dapat menggunakan model belajar Problem
based learning,Production based
Trainning, Project Based Learning
dan Teacfing Factory.
Berdasarkan rambu-rambu
pemilihan model di atas dapat digunakan tabel pemilihan model belajar seperti
di bawah ini.
Tabel
1
PENENTUAN MODEL PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran: Simulasi dan Komunikasi Digital
No.
|
Kompetensi Dasar
|
Analisis KD
|
Model Pembelajaran
|
.
|
KD.3.2 Menerapkan pengetahuan
pengelolaan informasi digital melalui pemanfaatan komunikasi daring (online).
|
KD-3.2
menitikberatkan pada pembentukan
pengetahuan konseptual dan prosedural
|
Model
Pembelajaran
Discovery
Learning
|
KD.4.2 Melakukan pengelolaan informasi digital
melalui komunikasi daring (online).
|
KD 4.2
Pernyataan pada taksonomi keterampilan kongkret pada gradasi membiasakan
gerakan atau manipulasi.
|
Sumber : Bimtek Penyegaran Kurikulum 2013
Sekian Informasi Bisa saya sampaikan. Silahkan like fanspage dan tetap kunjungi situs kami di Bukucatatan.xyz. Kami senantiasa memberikan berita dan informasi terupdate dan teraktual yang dilansir dari berbagai sumber terpercaya. Terima Kasih atas kunjungan anda semoga informasi yang kami sampaikan ini bermanfaat
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE