BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pendidikan menurut Poerbakawatja
dan Harahap dalam Sagala (2010: 3) meliputi semua perbuatan dan usaha dari
generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan
keterampilannya kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat
memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan
adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa melalui pengaruhnya untuk
meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan
tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.
Pendidikan dalam satuan pendidikan
tertentu mempunyai tujuan utama membentuk dan mengembangkan potensi
intelektual, dilaksanakan secara terprogram dan koordinatif, dengan materi
pendidikannya dilaksanakan secara metodis, sistematis, intensif, efektif, dan
efisien menurut ruang dan waktu yang telah ditentukan. Dengan kata lain,
penyelenggaraan pendidikan dalam intuisi ini dilaksanakan berdasarkan metode
dan sistem yang konkret (Suhartono, 2008: 105).
Kurikulum 2013 sudah diimplementasikan secara bertahap dan terbatas pada
tahun pelajaran 2013/2014 di sejumlah satuan pendidikan meliputi SD, SMP, SMA,
dan SMK. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman,
produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Dalam
rangka mewujudkan manusia Indonesia yang produktif, pembelajaran diarahkan
untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber observasi,
mampu merumuskan masalah (menanya) bukan hanya menyelesaikan masalah. Di
samping itu pembelajaran diarahkan untuk melatih peserta didik berfikir
analitis dalam pengambilan keputusan bukan berfikir mekanistis (rutin) serta
mampu bekerjasama dan berkolaborasi dalam menyelesaikan masalah.
Mata pelajaran Kimia di SMA/MA mempelajari segala sesuatu tentang zat
yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika dan energetika
zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Para ahli kimia (kimiawan)
mempelajari gejala alam melalui proses dan sikap ilmiah tertentu. Proses itu
misalnya pengamatan dan eksperimen, sedangkan sikap ilmiah misalnya objektif
dan jujur pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Dengan menggunakan
proses dan sikap ilmiah itu kimiawan memperoleh penemuan-penemuan yang dapat
berupa fakta, teori, hukum, dan prinsip. Penemuan-penemuan ini yang disebut
produk kimia. Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar
kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai sikap, proses dan
produk. Selama ini ada kecenderungan sebagian guru kimia kurang memperhatikan
karakteristik ilmu kimia dalam pembelajaran dan penilaian hasil belajar kimia.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa mata pelajaran
kimia di SMA/MA bertujuan agar peserta didik memiliki pengetahuan sebagai
berikut:
1.
Membentuk sikap positif terhadap kimia dengan menyadari
keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha
Esa.
2.
Memupuk sikap ilmiah, yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis,
dan dapat bekerja sama dengan orang lain.
3.
Memperoleh pengalaman dengan menerapkan metode ilmiah melalui
percobaan atau eksperimen, dimana peserta didik melakukan pengujian hipotesis
dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan,
pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara
lisan dan tertulis.
4.
Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat
dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari
pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi kesejahteraan masyarakat.
5.
Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling
keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan
sehari-hari dan teknologi.
Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa pemahaman konsep
merupakan hal penting dalam pelajaran kimia. Kimia bukan merupakan satu
pelajaran yang dapat dipelajari hanya dengan menghafalkan rumus, tetapi kimia
memerlukan suatu pemahaman mendalam baik dari konsep, prinsip, hukum, dan teori
kimia, sehingga hal tersebut dapat menjadi dasar yang kuat bagi pengembangan
kemampuan peserta didik.
Adanya tuntutan era globalisasi yang semakin maju dan kompleks,
proses pendidikan sains harus mempersiapkan peserta didik yang berkualitas
yaitu peserta didik yang sadar sains (scientific literacy), memiliki
nilai, sikap dan keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking
skills) sehingga akan muncul sumber daya manusia yang dapat berpikir
kritis, berpikir kreatif, membuat keputusan, dan memecahkan masalah.
Salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dapat
dikembangkan adalah berpikir kreatif. Keterampilan berpikir kreatif merupakan
salah satu modal dasar yang harus dimiliki dalam menghadapi era globalisasi
ini. Keterampilan berpikir kreatif dapat diajarkan di sekolah dengan melatih
pola/kebiasaan berpikir (habits of mind). Pola berpikir yang dimaksud
adalah kecakapan menggali dan merumuskan informasi, mengolah, mengambil
keputusan serta memecahkan masalah secara kreatif.
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE