Murid Nakal, Kepala Sekolah dan Pemilik Kebun
Seorang
murid sekolah yang sangat nakal dan sering membolos dari sekolah, suatu saat
berencana untuk mengambil dan memetik buah-buahan dari suatu kebun tanpa
sepengetahuan pemiliknya.
Pemilik kebun ini, di setiap musim
panen, selalu membanggakan hasil panennya yang sangat baik. Pada musim semi,
dia bisa menunjukkan bunga-bunga yang mekar pada pohonnya dan di musim gugur
dia bisa memetik apelnya yang telah ranum.
Suatu hari, pemilik kebun ini melihat
murid sekolah ini dengan sembarangan memanjat pohon buah dan menjatuhkan
buah-buahan yang telah masak maupun belum masak. Murid nakal ini bahkan mematahkan
dahan-dahan pohon, dan melakukan begitu banyak kerusakan sehingga pemilik kebun
ini mengirimkan laporan berisikan keluhan kepada kepala sekolah di mana anak
tersebut bersekolah. Kepala sekolah ini datang segera ke kebun tersebut dan
membawa murid-murid yang lain di belakangnya. Kepala sekolah ini ingin memarahi
dan menghukum murid nakal tersebut dan memberikan contoh kepada murid lainnya
bahwa setiap perbuatan yang nakal, akan mendapatkan hukuman. Tetapi apa yang
terjadi? rencana kepala sekolah tersebut menjadi berantakan dan malah
memperparah keadaan, karena saat murid-murid yang lain melihat pohon apel yang
telah ranum, mereka langsung menyerbu ke kebun dan memanjat pohon serta memetik
buah apel dari pohon.
Tindakan yang dianggap bijaksana, belum
tentu bijak.
Pemburu dan Penebang Kayu
Seorang pemburu yang tidak terlalu berani, sedang
mencari jejak seekor singa. Dia lalu bertemu dengan seorang penebang kayu di
dalam hutan dan dia pun bertanya kepada penebang itu jika saja ia melihat
adanya tanda-tanda jejak sang Singa atau tahu di mana singa tersebut bersarang.
"Saya tahu," kata penebang
kayu itu, "sekaligus saya bisa menunjukkan dan memperlihatkan kamu dimana
Singa itu berada sekarang."
Sang Pemburu berubah menjadi sangat
pucat hingga giginya berbunyi karena gemetaran akibat rasa takut. Ia pun
menjawab, "Tidak, terima kasih, saya tidak meminta semua itu, saya hanya
mencari jejak kakinya, dan bukan singanya."
Orang yang berani, dibuktikan dengan
perbuatan.
Bola Kristal
Dahulu kala, ada seorang wanita penyihir
yang memiliki tiga anak yang saling menyayangi antara satu dengan yang lainnya
sebagai saudara, tetapi wanita penyihir tua itu tidak mempercayai anaknya
sendiri, dan berpikir bahwa ketiga anaknya ingin mencuri kekuatannya darinya.
Penyihir itu lalu mengubah anak sulungnya menjadi burung elang, yang terpaksa tinggal
di pegunungan berbatu, dan sering terlihat terbang melayang di langit. Yang
kedua, disihir sehingga berubah menjadi seekor ikan paus yang hidup di laut
dalam, dan terkadang terlihat di permukaan laut menyemburkan sebuah pancuran
air yang besar di udara. Kedua anak ini masing-masing masih bisa berubah bentuk
menjadi manusia selama dua jam setiap hari. Anak yang ketiga, karena takut
bahwa ibunya yang penyihir ini akan mengubahnya menjadi seekor binatang buas,
dengan diam-diam pergi meninggalkan ibunya.
Saat itu, di pusat kerajaan, dia
mendengar berita tentang seorang putri Raja yang disihir dan dipenjarakan di
istana matahari, sedang menanti datangnya pertolongan. Mereka yang mencoba
membebaskan sang Putri, mempertaruhkan nyawa mereka karena tugas untuk
menyelamatkan sang Putri, tidaklah mudah. Sudah puluhan orang yang mencoba
tetapi gagal, dan sekarang tidak ada orang yang berani untuk menyelamatkan sang
Putri lagi.
Si Putra Ketiga menguatkan hatinya untuk
mencoba menyelamatkan sang Putri. Dia lalu melakukan perjalanan untuk mencari
istana matahari itu dalam waktu yang cukup lama tanpa bisa menemukannya. Suatu
ketika, dia tiba tanpa sengaja di sebuah hutan yang besar, dan menjadi
tersesat. Tiba-tiba dia melihat di kejauhan, dua raksasa yang melambaikan tangan
mereka kepadanya, dan ketika dia datang kepada raksasa tersebut, mereka
berkata,
"Kami bertengkar mengenai sebuah
topi, siapa di antara kami yang berhak memilikinya, karena kami berdua sama
kuatnya, tak ada satupun di antara kami yang lebih kuat dibandingkan yang lain.
Manusia kecil lebih pandai dari kami, karena itu, kami menyerahkan keputusan
kepada mu."
"Bagaimana kamu bisa bertengkar
hanya karena sebuah topi tua?" kata si Putra Ketiga.
"Kamu tidak mengerti keajaiban topi
itu! Itu adalah topi yang bisa mengabulkan keinginan kita; barang siapa yang
memakainya, dan berharap untuk pergi ke tempat manapun dia mau, dalam sekejap
dia akan tiba di tempat tersebut."
"Berikanlah topi itu
kepadaku," kata si Putra Ketiga, "Saya akan berdiri di sana, ketika
saya memanggil kalian, kalian harus berlomba lari, dan topi ini akan menjadi
milik orang yang lebih duluan tiba di sana." Dia lalu memakai topi
tersebut lalu berjalan pergi, dan saat berjalan, si Putra Ketiga berpikir
tentang sang Putri, melupakan para raksasa dan berjalan terus. Akhirnya dia
mendesah dalam hatinya dan bersedih, "Ah, jika saja saya bisa tiba di
istana matahari," tiba-tiba si Putra Ketiga sudah berdiri di sebuah gunung
yang tinggi tepat di depan pintu gerbang istana matahari.
Dia lalu masuk dan memeriksa semua
kamar, saat sampai pada kamar terakhir dia menemukan putri Raja. Tapi betapa
terkejutnya dia ketika melihat wajah sang Putri. Wajahnya pucat abu-abu penuh
keriput, mata rabun, dan berambut merah."
Apakah kamu adalah putri raja, yang
kecantikannya terkenal di seluruh pujian dunia?" tanyanya.
"Ah," jawabnya," ini
bukan bentuk saya yang sebenarnya, mata manusia hanya bisa melihat saya dalam
keadaan buruk rupa ini, tetapi kamu mungkin bisa melihat bentuk saya yang
sebenarnya, lihat melalui cermin ini, karena cermin ini tidak akan salah dan
akan menampilkan wajah saya yang sebenarnya."
Dia lalu memberinya cermin yang di
pegangnya, dan saat si Putra Ketiga melihat bayangan di dalam cermin,
dilihatnya wajah yang paling cantik di seluruh penjuru dunia, dan dia juga
melihat butiran air mata yang bergulir di pipi sang Putri.
Lalu si Putra Ketiga bertanya,
"Bagaimana kamu dapat dibebaskan ? Aku tidak takut akan mara bahaya.
Sang Putri berkata, "Dia yang mendapatkan bola
kristal, dan mengacungkannya kehadapan penyihir, akan menghancurkan kekuatan
sihirnya dengan bola kristal itu, dan saya akan kembali ke bentuk sejati saya.
"Ah," dia menambahkan, "sudah banyak yang mencoba dan gagal,
kamu begitu muda, saya sangat sedih karena kamu harus menghadapi bahaya yang
begitu besar."
"Tidak ada yang bisa mencegah saya
melakukannya," kata si Putra Ketiga, "coba katakan padaku apa saja
yang harus kulakukan."
"Kamu harus tahu semuanya,"
kata sang Putri," ketika kamu menuruni gunung di mana istana ini berdiri,
kamu akan menemukan seekor banteng liar di dekat sebuah mata air, dan kamu
harus berkelahi dengan banteng itu, dan jika kamu bisa membunuhnya, seekor
burung yang berapi-api akan muncul yang membawa sebuah telur yang membara, dan
sebuah bola kristal terletak di dalam telur tersebut. burung itu tidak akan
membiarkan telur tersebut terlepas kecuali dipaksa untuk melakukannya, dan saat
telur itu jatuh di tanah, semuanya akan menyala dan membakar segala sesuatu
yang berada dekat telur tersebut, dan dengan bola kristal semua masalahmu akan
terselesaikan."
Pemuda itu lalu pergi ke mata air, di
mana seekor banteng liar mendengus dan berteriak marah padanya. Setelah melalui
perjuangan yang panjang, si Putra Ketiga berhasil menusukkan pedangnya ke tubuh
hewan itu yang akhirnya jatuh mati. Seketika itu juga, seekor burung api muncul
dan hendak terbang, tapi kakak si Putra Ketiga yang berubah bentuk menjadi
elang, menukik turun, mengejar burung api tersebut sampai ke laut, dan memukul
dengan paruhnya sampai sang Burung Api melepaskan telur yang dipegangnya. Telur
tersebut tidak jatuh ke laut, tetapi ke sebuah gubuk nelayan yang berdiri di
tepi pantai dan gubuk itu langsung terbakar api. Lalu tiba-tiba muncullah
gelombang laut setinggi rumah, menerjang gubuk tersebut hingga seluruh api
menjadi padam. Ternyata, saudara lain si Putra Ketiga yang menjadi ikan paus,
yang telah mendorong dan menciptakan gelombang laut tersebut. Ketika api itu
padam, si Putra Kegita mencari telur itu dan menjadi sangat bahagia saat
menemukannya. Kulit telur tersebut menjadi retak dan pecah akibat suhu panas
yang tiba-tiba berubah menjadi dingin saat tersiram air, sehingga bola kristal
di dalamnya dapat diambil oleh si Putra Ketiga.
Ketika pemuda pergi menghadap ke si
Penyihir dan mengacungkan bola kristal itu di hadapannya, si Penyihir berkata,
"kekuatan sihir saya telah hancur, dan mulai dari saat ini, kamulah yang
menjadi raja di istana matahari. Dengan bola kristal itu juga, kamu telah
mengembalikan bentuk saudara-saudara-mu ke bentuk manusia seperti semula."
Si Putra Ketiga pun bergegas menemui
sang Putri, dan ketika dia memasuki ruangan, dia mendapati sang Putri berdiri
di sana dengan segala kecantikan dan keindahannya, dan tidak lama, merekapun
menikah dan hidup berbahagia selamanya.
Pria yang Menangis Sedih
Seorang
pengembara, bertemu dengan seorang pria lain yang sedang menangis sedih.
"Apa yang kamu tangisi?"
katanya.
"Saya menangis karena menyesali
perbuatan-perbuatanku yang buruk di masa lalu," kata pria yang menangis.
"Kamu sepertinya kurang kerjaan,
lupakanlah masa lalumu dan mulailah hidup yang lebih baik." kata si
Pengembara.
Beberapa hari kemudian, mereka bertemu
kembali. Pria yang menangis beberapa hari lalu, masih ditemukan menangis sedih.
"Apa yang kamu tangisi
sekarang?" kata si Pengembara.
"Saya menangis karena tidak
memiliki apa-apa untuk saya makan." kata pria yang menangis.
"Saya sudah menduga bahwa hal ini
akan terjadi padamu." kata si Pengembara.
Selalulah berusaha untuk hidup lebih
baik dibandingkan masa lalu
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE