TEKS EKSPOSISI
Teks eksposisi: teks yang berisi gagasan
pribadi atau usulan mengenai sesuatu. Teks eksposisi juga sering disebut
argumentasi satu sisi. Dikatakan demikian karena pencipta teks ini
mempertahankan gagasan atau usulannya berdasarkan argumentasi yang ia yakini
benar tanpa membandingkannya dengan argumentasi dari pihak lain.
Ciri-Ciri:
Ditata
dengan struktur teks: Pernyataan Pendapat, Argumentasi, Pernyataan Ulang
Pendapat (Penegasan pendapat)
Berisi
argumentasi satu sisi,
Menggunakan
konjungsi seperti pertama, kedua, dan selanjutnya untuk
menata gagasan (yang tidak harus urut); atau konjungsi seperti bahkan, juga,
sebagai contoh, misalnya, dan dengan demikian untuk
memperkuat gagasan; atau kelompok kata yang bermakna konjungtif, seperti kenyataan
bahwa, diketahui bahwa, dan dapat digarisbawahi bahwa,
Memanfaatkan kata ganti persona saya, kami,
atau kita untuk menyatakan klaim pendapat atau keberpihakan,
Memanfaatkan
modalitas (akan, pasti, harus, dan tentu) sebagai pewatas
Contoh:
Pemimpin Sosial dan Politik Tidak Harus Mempunyai
Pendidikan Formal yang Tinggi
Pernyataan Pendapat
Sudah
diketahui oleh semua orang bahwa pendidikan formal itu penting. Akan tetapi,
apakah seseorang akan menjadi pemimpin sosial atau pemimpin politik yang
bagus pada kemudian hari tidak selalu ditentukan oleh pendidikan formalnya.
Diyakini bahwa pengalaman juga menjadi faktor penentu untuk menuju
kesuksesan.
Argumentasi
Betul
bahwa pendidikan formal memberikan banyak manfaat kepada para calon pemimpin
|
atau calon orang
terkemuka, tetapi pelajaran yang mereka peroleh dari pendidikan formal tidak
selalu dapat diterapkan di masyarakat tempat mereka menjadi pemimpin atau
menjadi orang terkenal di kemudian hari. Kenyataan bahwa di sekolah dan di
perguruan tinggi, orang hanya “mempelajari” teori, sedangkan di masyarakat,
orang betul-betul belajar untuk hidup melalui beraneka ragam pengalaman.
Pengalaman semacam inilah yang menghasilkan orang-orang terkemuka, termasuk
pemimpin sosial dan politik. Orang-orang terkemuka dan pemimpin-pemimpin itu
lahir dari hal-hal yang mereka pelajari di masyarakat.
Sekadar menyebut
contoh orang terkemuka atau pemimpin sosial dan politik, kita dapat menunjuk
beberapa nama. Almarhum Adam Malik, konon ia hanya menyelesaikan jenjang
pendidikan dasar tertentu, diangkat menjadi Wakil Presiden Indonesia bukan
karena pendidikan formalnya, melainkan karena kapasitas yang ia dapatkan dari
belajar secara otodidak. Almarhum Hamka adalah contoh pemimpin lain yang
lahir dari caranya belajar sendiri. Ia juga menjadi pemimpin agama dan
sastrawan terkenal sekaligus karena pengalaman belajar pribadinya, bukan
karena pendidikan formalnya yang tinggi. Bahkan, Einstein tidak mempunyai
reputasi pendidikan formal yang bagus, tetapi melalui usahanya untuk belajar
dan melakukan penelitian sendiri di masyarakat, ia terbukti menjadi ahli
fisika yang sangat termasyhur di dunia.
Pernyataan Ulang
Pendapat
Dengan demikian,
jelaslah bahwa melalui pendidikan formal orang hanya mempelajari cara
belajar, bukan cara menjalani hidup. Meskipun pendidikan formal diperlukan,
pendidikan formal bukan satu-satunya jalan yang dapat ditempuh oleh setiap
orang untuk menuju ke puncak kesuksesannya.
(Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik, 2013: 103-104)
|
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE