1.1. Pengertian Studi Kepustakaan
Studi
kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk memperoleh informasi
dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah
sebuah penelitian menggunakan data primer atau data sekunder, apakah penelitian
tersebut menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau didalam
museum.
Pengertian
studi kepustakaan menurut beberapa Ahli yaitu:
Menurut
M. Nazir dalam bukunya yang berjudul ‘Metode Penelitian’ mengemukakan
bahwa yang dimaksud dengan:
“Studi
kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan
laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan.”(Nazir,1988: 111).
Selanjutnya
menurut Nazir (1998 : 112) studi kepustakaan merupakan langkah yang penting
dimana setelah seorang peneliti menetapkan topic penelitian, langkah
selanjutnya adalah melakukan kajian yang berkaitan dengan teori yang berkaitan
dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber
kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian
(tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran
dll). Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka segera
untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian. Oleh karena
itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti: mengidentifikasikan teori
secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis dokumen yang memuat informasi
yang berkaitan dengan topik penelitian.
Studi
kepustakaan merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
suatu penelitian. Teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang
akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukan studi kepustakaan. Selain
itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian
sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dengan melakukan studi
kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan
pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
Untuk
melakukan studi kepustakaan, perpustakaan merupakan suatutempat yang tepat guna
memperoleh bahan-bahan dan informasi yang relevan untuk dikumpulkan, dibaca dan
dikaji, dicatat dan dimanfaatkan (Roth 1986). Seorang peneliti hendaknya mengenal
atau tidak merasa asing dilingkunganperpustakaan sebab dengan mengenal situasi
perpustakaan, peneliti akan dengan mudah menemukan apa yang diperlukan. Untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan peneliti mengetahui sumber-sumber
informasi tersebut, misalnya kartukatalog, referensi umum dan khusus, buku-buku
pedoman, buku petunjuk,laporan-laporan penelitian, tesis, disertasi, jurnal,
ensiklopedi, dan bahan-bahankhusus lain. Dengan demikian peneliti akan
memperoleh informasi dan sumber yang tepat dalam waktu yang singkat.
1.2. Ciri-ciri Studi Kepustakaan
Setidaknya
ada empat ciri utama penelitian kepustakaan
yang perludiperhatikan oleh mahasiswa atau calon peneliti dan keempat
ciri itu akanmempengaruhi sifat dan cara kera penelitian yaitu:
1. Peneliti berhadapan
langsung dengan teks (nash) atau data angka dan bukan dengan pengetahuan
langsung dari lapangan atau saksi mata (eye witness) berupa kejadian, orang,
atau benda lainnya. Teks memiliki sifat-sifatnya sendiri dan memerlukan
pendekatan tersendiri pula. kritik teks merupakan metode yang biasa
dikembangkan dalam studi fisiologi, dll. Jadi perpustakaan adalah laborat
peniliti kepustakaan dan karena itu teknik membaca teks ( buku, artikel, dan
dokumen) menjadi bagian yang fundamental dalam penilitian kepustakaan.
2. Data pustaka
bersifat siap pakai (ready mode): peneliti tidak kemana-mana kecuali hanya
berhadapan langsung dengan bahan sumber yang sudah tersedia di
perpustakaan.ibarat orang belajar naik sepeda, orang tak perlu membaca buku
artikel atau buku tentang bagaimana teori naik sepeda, begitu pula halnya
dengan riset pustaka. Untuk melakukan riset pustaka, orangtidak perlu
menguasai ilmu perpustakaan. Satu-satunya cara untuk belajar menggunakannya
perpustakaan dengan tepat ialah langsung menggunakannya. Meskipun
demikian, calon peneliti yang ingin memanfaatkan jasa perpustakaan, tentu masih
perlu mengenal seluk-beluk studi perpustakaan untuk kepentingan
penelitian atau pembuatan makalah.
3. Data
perpustakaan umummnya sumber sekunder artinya: bahwa peniliti memperoleh bahan
dari tangan kedua dan bukan data orisinil dari tangan pertama
di lapangan.
4. Bahwa
kondisi data pustaka tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Peneliti
berhadapan dengan info statis: tetap artinya kapanpun Ia datang dan pergi data
tersebut tidak akan berubah karena ia sudah merupakan data “mati” yang
tersimpan dalam rekaman tertulis (teks, angka, gambar, rekaman tape atau
film).
Sistematika
dalam studi literature dimaksudkan sebagai proses penelitian dengan menggunakan
metode, pendekatan, cara, serta alat analisis dengan terancang dan diterapkan
dengan tepat.
Mengenai
alat analisi yang harus digunakan tentu saja pendekatan dengan studi
kepustakaan ini berbeda pola kerjanya bila dibandingkan dengan studi Non
pustaka. Alat-alat analisis dalam studi kepustakaan adalah :
1.
Analisis komparasi yaitu : dengan cara membandingkan objek penelitian dengan
konsep pembanding. Dalam penelitian ini akan dihasilkan 2 kemungkinan:
a. Simpulan menyatakan bahwa
konsep yang diteliti sama dengan konsep pembandingnya, dan
b. Simpulan yang diteliti
menyatakan ketidaksamaan.
Tujuan
utama penelitian semacam ini adalah membandingkan apakah kasus yang diteliti
mempunyai kesamaan dengan konsep pengujinya.
2. Analisis
historis yaitu : dengan cara melakukan analisis kejadian-kejadian dimasa yang
lalu untuk mengetahui kenapa dan bagaimana suatu peristiwa itu telah terjadi.
Hasil yang ditemukan bermanfaat untuk menentukan apakah rentetan kejadian
tersebut sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
1.3. Langkah-langkah dalam Studi
Kepustakaan
Ada
dua langkah yang harus ditempuh oleh seorang peneliti dalam melakukan
penelitian studi pustaka yaitu:
1.
Mendaftar semua variable yang perlu
diteliti.
2.
Mencari setiap variable pada "subject
encyclopedia".
3.
Memilih deskripsi bahan-bahan yang
diperlukan dari sumber-sumber yang tersedia.
4.
Memeriksa indeks yang memuat
variable-variabel dan topik masalah yangditeliti.
5.
Selanjutnya yang menjadi lebih khusus
adalah mencari artikel-artikel, buku-buku, dan biografi yang sangat membantu
untuk mendapatkan bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti.
6.
Setelah informasi yang relevan
ditemukan, peneliti kemudian "mereview"dan menyusun bahan pustaka
sesuai dengan urutan kepentingan dab relevansinya dengan masalah yang sedang
diteliti.
7.
Bahan-bahan informasi yang diperoleh
kemudian dibaca, dicatat, diatur, dan ditulis kembali. Untuk keperluan ini
biasanya peneliti dapatmenggunakan dua macam kartu, yaitu kartu
bibliografi (bibliographycard) dan kartu catatan (content
card). Agar dapat dibedakan, kedua kartu tersebut dapat berbeda wamanya.
Kartu bibliografi dibuat untuk mencatatketerangan tentang judul buku, majalah ,
surat kabar, dan jurnal. Catatanpada kartu bibliografi berisikan nama pengarang,
judul buku, penerbit, dantahun penerbitannya. Sedangkan pada kartu catatan atau
content card,peneliti dapat menulis kutipan (quotation) dari tulisan
tertentu, saduran,ringkasan, tanggapan atau komentar peneliti terhadap apa yang
telah dibaca.
8.
Dalam langkah terakhir,yaitu proses
penulisan penelitian dari bahan-bahan yang telah terkumpul dijadikan satu dalam
sebuah konsep penlitian.
1.4. Tujuan Studi Kepustakaan
Peneliti
akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selamadia melakukan
penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentangkajian literatur
dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya denganpenelitian yang akan
dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhirdari bidang ilmu
tersebut (the state of the art). Studi kepustakaan yang
dilakukansebelum melakukan penelitian bertujuan untuk:
1. Menemukan suatu masalah untuk diteliti.
2. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan
diteliti.
3. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akanditeliti..
4. Untuk membuat uraian teoritik dan empirik yang berkaitan dengan
faktor,indikator, variable dan parameter penelitian yang tercermin di dalam
masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
5. Memperdalam
pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yangakan diteliti.
6. Mengkaji
hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan
dilakukan. Artinya hasil penelitian terdahulumengenai hal yang akan diteliti
dan atau mengenai hal lain yang berkaitandengan hal yang akan diteliti.
7. Mendapat
informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah yang sudah pernah
diteliti untuk menghindari agar tidak meneliti hal yang sama. (Kasihani
Kasbalah, 1992 , juga Bintarto, 1992).
1.5. Fungsi Studi Kepustakaan
Studi
pustaka mempunyai tiga fungsi penting yaitu :
1.
Memberikan gambaran tentang topic
masalah kepada pembaca.
2.
Meyakinkan pembaca bahwa penulis
mengetahui banyak hal tentang topic masalah yang sedang diteliti.
3.
Mengembangkan wawasan tentang bidang
studi yang diteliti. ( Weissberg & Buker 1990 : 41-45).
1.6. Hambatan dalam Studi Kepustakaan
Studi
kepustakaan tidak selalu "mulus" pelaksanaannya. Beberapa hambatan
umum yang sering menyebabkan ketidak lancaran kegiatan ini antara lain:
1.
Kurangnya buku atau sumber kepustakaan
lain, terutama yang bersifat ilmiah. Sampai saat ini masih terasa sangat kurang
bahan kepustakaan ilmiah di Indonesia. Demikian pula bahan kepustakaan ilmiah
dari luar negeri juga sulit diperoleh.
2.
Kelemahan peneliti untuk memahami
tulisan-tulisan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Ketidakmampuan
membaca buku referensi dalam bahasa asing menyebabkan peneliti tidak dapat
memanfaatkan informasi ilmiah dari luar negeri. Penguasaan bahasa asing,
terutama bahasa Inggris, akan sangat membantu peneliti untuk mengikuti
perkembangan informasi ilmiah. Hasil-hasil penelitian dan teori-teori yang
sudah dikembangkan dan tertulis dalam bahasa Inggris tidak dimanfaatkan oleh
peneliti yang mau memperdalam pengetahuan yang relevan dengan bidangnya bila
dia tidak mampu membaca bahasa asing.
3.
Rendahnya minat pada banyak peneliti
untuk membaca tulisan ilmiah untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu di
bidangnya masing-masing. Kelihatannya kegemaran membaca karya ilmiah masih
perlu digalakkan agar peneliti selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu yang
ada.
1.7. Pengertian Kerangka Berpikir
Kerangka Berpikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu gejala yang menjadi
objek permasalahan kita. Kerangka berpikir iini disusun dengan berdasarkan pada
tinjauan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau terkait. Kerangka
berpikir ini merupakan suatu argumentasi kita dalam merumuskan hipotesis. Dalam
merumuskan suatu hipotesis, argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika
deduktif (untuk metode kuantitatif) dengan memakai pengetahuan ilmiah sebagai
premis premis dasarnya.
Kerangka
berpikir ini merupakan buatan kita sendiri, bukan dari buatan orang lain. Dalam
hal ini, bagaimana cara kita berargumentasi dalam merumuskan hipotesis.
Argumentasi itu harus membangun kerangka berpikir sering timbul kecenderungan
bahwa pernyataan-pernyataan yang disusun tidak merujuk kepada sumber keputusan,
hal ini disebabkan karena sudah habis dipakai dalam menyusun kerangka teoritis.
Dalam hal menyusun suatu kerangka berpikir, sangat diperlukan argumentasi
ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang relevan atau saling terkait. Agar
argumentasi kita diterima oleh sesama ilmuwan, kerangka berpikir harus disusun
secara logis dan sistematis.
1.8. Kriteria Kerangka Berpikir
1. Teori yang digunakan
dalam berargumentasi hendaknya dikuasai sepenuhnya serta mengikuti perkembangan
teori yang muktahir.
2. Analisis filsafat dari teori-teori keilmuan yang diarahkan kepada
cara berpikir keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut harus disebutkan
secara tersurat semua asumsi, prinsip atau postulat yang mendasarinya.
1.9. Contoh Kerangka Berpikir
Bagan 1
H1: X1 berpengaruh
terhadap Y
H2
: X2 berpengaruh terhadap Y
H3
: X1 dan X2 secara bersama-sama berpengaruh terhadap Y
Bagan 2
H1 : X1
berpengaruh terhadap X2
H2
: X2 berpengaruh terhadap Y
Bagan 3
H1 : Pengaruh kompensasi
terhadap motivasi kerja
H2 : Pengaruh motivasi kerja
terhadap kinerja karyawan
H3 :
Pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan melalui motivasi kerja
1.10.
Kesalahan
dalam Kerangka Berpikir
1. Peneliti
melakukan pengkajian ulang secara tergesa-gesa terhadap kepustakaan semenjak
dimulainya proses penelitian. Hasil-hasil yang diperoleh ini mengabaikan semua
studi-studi sebelumnya yang telah dikembangkan penelitiannya.
2. Peneliti
terlalu mengandalkan sumber-sumber data sekunder.
3. Peneliti
hanya memusatkan perhatian kepada penemuan-penemuan penelitian yang dibacanya
di dalam artikel penelitian atau jurnal penelitian, sehingga menghiraukan
informasi berharga. Contohnya : metode-metode pengukurannya dan sebagainya.
4. Peneliti
mengabaikan hasil hasil penelitian maupun teori teori yang terdapat dalam
suarat kabar atau majalah populer.
5. Gagal menetapkan batas batas masalah dalam
menerapkan penggunaan kepustakaan.
6. Mencatat data biografi yang tidak benar dan tidak
dapat dipakai sebagai referensi yang sebenarnya dibutuhkan.
7. Terlalu banyak mencatat bahan bahan bacaan yang
sebenarnya tidak relevan dengan masalah yang diteliti. Peneliti belum dapat
memilih yang mana informasi dibutuhkan dan yang mana tidak dibutuhkan. Komponen
utama pada kerangka pemikiran yang dikembangkan adalah Independent
Variables (variabel bebas), Dependent Variables (variabel
terikat), Levels (indikator dari variabel bebas yang akan
diobservasi), Measures (indikator dari variabel terikat yang akan
diobservasi).
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE