Hakikat Nilai Pendidikan
Nilai adalah
sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia.
Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan
manusia. Nilai sebagai kualitas yang independen akan memiliki ketetapan yaitu
tidak berubah yang terjadi pada objek yang dikenai nilai. Persahabatan sebagai
nilai (positif/ baik) tidak akan berubah esensinya manakala ada pengkhianatan
antara dua yang bersahabat. Artinya nilai adalah suatu ketetapan yang ada
bagaimanapun keadaan di sekitarnya berlangsung. Sastra dan tata nilai
merupakan dua fenomena sosial yang saling melengkapi dalam hakikat mereka
sebagai sesuatu yang eksistensial. Sastra sebagai produk kehidupan., mengandung
nilai-nilai sosial, filsafat, religi, dan sebagainya baik yang bertolak dari
pengungkapan kembali maupun yang mempunyai penyodoran konsep baru (Suyitno,
1986: 3). Sastra tidak hanya memasuki ruang serta nilai-nilai kehidupan
personal, tetapi juga nilai-nilai kehidupan manusia dalam arti total.
Secara
etimologis, pendidikan berasal dari bahasa Yunani “Paedogogike”, yang terdiri
atas kata “Pais” yang berarti Anak” dan kata “Ago” yang berarti “Aku
membimbing” (Hadi, 2003: 17). Jadi Soedomo Hadi menyimpulkan paedogogike
berarti aku membimbing anak. Purwanto (1986: 11) menyatakan bahwa pendidikan
berarti segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk
memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Hakikat
pendidikan bertujuan untuk mendewasakan anak didik, maka seorang pendidik
haruslah orang yang dewasa, karena tidak mungkin dapat mendewasakan anak didik
jika pendidiknya sendiri belum dewasa. Tilaar (2002;435) mengatakan
hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia. Selanjutnya dikatakan pula
bahwa, memanusiakan manusia atau proses humanisasi melihat manusia sebagai
suatu keseluruhan di dalam eksistensinya.
Berdasarkan
dari beberapa pendapat di atas dapat dirumuskan bahwa nilai pendidikan
merupakan segala sesuatu yang baik maupun buruk yang berguna bagi kehidupan
manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tata laku dalam
upaya mendewasakan diri manusis melalui upaya pengajaran.
Dihubungkan
dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada
pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan
berbudaya. Nilai-nilai pendidikan yang tersirat dalam berbagai hal dapat
mengembangkan masyarakat dalam berbagai hal dapat mengembangkan masyarakat
dengan berbagai dimensinya dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati dan
diresapi manusia sebab ia mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak
sehingga dapat memajukan budi pekerti serta pikiran/ intelegensinya.
Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai hal diantaranya
melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Sastra khususnya
humaniora sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasian sebuah
nilai termasuk halnya nilai pendidikan.
Mencari
nilai luhur dari karya sastra adalah menentukan kreativitas terhadap hubungan
kehidupannya. Dalam karya sastra akan tersimpan nilai atau pesan yang
berisi amanat atau nasihat. Melalui karyanya, pencipta karya sastra berusaha
untuk mempengaruhi pola pikir pembaca dan ikut mengkaji tentang baik dan buruk,
benar mengambil pelajaran, teladan yang patut ditiru sebaliknya, untuk dicela
bagi yang tidak baik. Karya sastra diciptakan bukan sekedar untuk dinikmati,
akan tetapi untuk dipahami dan diambil manfaatnya. Karya sastra tidak sekedar
benda mati yang tidak berarti, tetapi didalamnya termuat suatu ajaran berupa
nilai-nilai hidup dan pesan-pesan luhur yang mampu menambah wawasan manusia
dalam memahami kehidupan. Dalam karya sastra, berbagai nilai hidup dihadirkan
karena hal ini merupakan hal positif yang mampu mendidik manusia, sehingga
manusia mencapai hidup yang lebih baik sebagai makhluk yang dikaruniai oleh
akal, pikiran, dan perasaan.
Legenda
adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai suatu
kejadian yang sungguh-sungguh terjadi. Berbeda dengan mite, legenda bersifat
sekuler (keduniawian) terjadinya pada masa yang belum begitu lampau, dan
bertempat di dunia yang seperti kita kenal sekarang (Bascom dalam Danandjaya,
1984: 66).
Legenda
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang banyak memberikan penjelasan
secara jelas tentang sistem nilai. Nilai itu mengungkapkan perbuatan apa yang
dipuji dan dicela, pandangan hidup mana yang dianut dan dijauhi, dan hal apa
saja yang dijunjung tinggi. Nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia
melalui berbagai hal diantaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya
sastra. Ada empat macam nilai pendidikan dalam sastra, yaitu nilai pendidikan
religius, moral, sosial, dan budaya. Nilai-nilai tersebut tentunya tidak
berbeda dengan nilai pendidikan yang ada di kehidupan nyata sebuah masyarakat.
Bahkan, nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang diidealkan pengarang untuk
mengupas suatu masalah yang terjadi di kehidupan nyata (Sumardjo, 1999:3). Adapun
nilai-nilai pendidikan dalam legenda sebagai berikut:
1.
Nilai Pendidikan Religius
Kehadiran
unsur religi dalam sastra adalah sebuah keberadaan sastra itu sendiri
(Nurgiyantoro, 2005: 326). Semi (1993: 21) menyatakan, agama merupakan
kunci sejarah, kita batu memahami jiwa suatu masyarakat bila kita memahami agamanya.
Semi (1993: 21) juga menambahkan, kita tidak mengerti hasil-hasil kebudayaanya,
kecuali bila kita paham akan kepercayaan atau agama yang mengilhaminya.
Religi lebih pada hati, nurani, dan pribadi manusia itu sendiri. Dari beberapa
pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Nilai religius yang merupakan nilai
keohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan
manusia.
2.
Nilai Pendidikan Moral
Nilai moral
yang terkandung dalam karya sastra bertujuan untuk mendidik manusia agar
mengenal nilai-nilai etika merupakan nilai baik buruk suatu perbuatan, apa yang
harus dihindari, dan apa yang harus dikerjakan, sehingga tercipta suatu tatanan
hubungan manusia dalam masyarakat yang dianggap baik, serasi, dan bermanfaat
bagi orang itu , masyarakat, lingkungan, dan alam sekitar. Uzey (2009: 2)
berpendapat bahwa nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang
menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia.moral selalu berhubungan dengan
nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan
kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan
tingkah laku kehidupan kita sehari-hari.
Dapat
disimpulkan bahwa nilai pendidikan moral menunjukkan peraturan-peraturan
tingkah laku dan adat istiadat dari seorang individu dari suatu kelompok yang
meliputi perilaku. Untuk karya menjunjung tinggi budi pekerti dan nilai susila.
3.
Nilai Pendidikan Sosial
Nilai sosial
mengacu pada hubungan individu dengan individu yang lain dalam sebuah masyarakat.
Bagaimana seseorang harus bersikap, bagaimana cara mereka menyelesaikan
masalah, dan menghadapi situasi tertentu juga termasuk dalam nilai sosial.
Dalam masyarakat Indonesia yang sangat beraneka ragam coraknya,
pengendalian diri adalah sesuatu yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan
masyarakat.
Sejalan
dengan tersebut nilai sosial dapat diartikan sebagai landasan bagi masyarakat
untuk merumuskan apa yang benar dan penting, memiliki ciri-ciri tersendiri, dan
berperan penting untuk mendorong dan mengarahkan individu agar berbuat sesuai
norma yang berlaku. Uzey (2009: 7) juga berpendapat bahwa nilai sosial mengacu
pada pertimbangan terhadap suatu tindakan benda, cara untuk mengambil keputusan
apakah sesuatu yang bernilai itu memiliki kebenaran, keindahan, dan nilai
ketuhanan. Jadi nilai sosial dapat disimpulkan sebagai kumpulan sikap dan
perasaan yang diwujudkan melalui perilaku yang mempengaruhi perilaku seseorang
yang memiliki nilai tersebut. Nilai sosial merupakan sikap-sikap dan perasaan yang
diterima secara luas oleh masyarakat dan merupakan dasar untuk merumuskan apa
yang benar dan apa yang penting.
4.
Nilai Pendidikan Budaya
Nilai-nilai
budaya menurut Rosyadi (1995:74) merupakan sesuatu yang dianggap baik dan
berharga oleh suatu kelompok masyarakat atau suku bangsa yang belum tentu
dipandang baik pula oleh kelompok masyarakat atau suku bangsa lain sebab nilai
budaya membatasi dan memberikan karakteristik pada sutu masyarakat dan
kebudayaannya.
Sistem nilai
budaya merupakan inti kebudayaan, sebagai intinya ia akan mempengaruhi dan
menata elemen-elemen yang berada pada struktur permukaan dari kehidupan manusia
yang meliputi perilaku sebagai kesatuan gejala dan benda-benda sebagai kesatuan
material. Sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam
alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus
mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Karena itu, suatu sisitem nilai budaya
biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
Dapat
disimpulkan dari pendapat tersebut sistem nilai budaya menempatkan pada posisi
sentral dan penting dalam kerangka suatu kebudayaan yang sifatnya abstrak dan
hanya dapat diungkapkan atau dinyatakan melalui pengamatan pada gejala-gejala
yang lebih nyata seperti tingkah laku dan benda-benda material sebagai hasil
dari penuangan konsep-konsep nilai melalui tindakan berpola. Adapun nilai-nilai
budaya yang terkandung dalam legenda dapat diketahui melalui penelaahan
terhadap karakteristik dan perilaku tokoh-tokoh dalam cerita.
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE