Jenis Teater
1. Teater Boneka
Boneka sering dipakai untuk menceritakan legenda atau kisah-kisah religius.
Berbagai jenis boneka dimainkan dengan cara yang berbeda. Boneka tangan dipakai
di tangan sementara boneka tongkat digerakkan dengan tongkat yang dipegang dari
bawah. Marionette, atau boneka tali, digerakkan dengan cara menggerakkan
kayu silang tempat tali boneka diikatkan.
Dalam
pertunjukan wayang kulit, wayang dimainkan di belakang layar tipis dan sinar
lampu menciptakan bayangan wayang di layar. Penonton wanita duduk di depan
layar, menonton bayangan tersebut. Penonton pria duduk di belakang layar dan
menonton wayang secara langsung.
2. Drama Musikal
Merupakan
pertunjukan teater yang menggabungkan seni menyanyi, menari, dan akting. Drama
musikal mengedepankan unsur musik, nyanyi, dan gerak daripada dialog para
pemainnya. Di panggung Broadway jenis pertunjukan ini sangat terkenal dan biasa
disebut dengan pertunjukan kabaret. Kemampuan aktor tidak hanya pada
penghayatan karakter melalui baris kalimat yang diucapkan tetapi juga melalui
lagu dan gerak tari. Disebut drama musikal karena memang latar belakangnya
adalah karya musik yang bercerita seperti The Cats karya Andrew Lloyd Webber
yang fenomenal, dan taeter drama musikal yang banyak di korea. Dari karya musik
bercerita tersebut kemudian dikombinasi dengan gerak tari, alunan lagu, dan
tata pentas.
Selain kabaret,
opera dapat digolongkan dalam drama musikal. Dalam opera dialog para tokoh
dinyanyikan dengan iringan musik orkestra dan lagu yang dinyanyikan disebut
seriosa. Di sinilah letak perbedaan dasar antara Kabaret dan opera. Dalam drama
musikal kabaret, jenis musik dan lagu bisa saja bebas tetapi dalam opera
biasanya adalah musik simponi (orkestra) dan seriosa. Tokoh-tokoh utama opera
menyanyi untuk menceritakan kisah dan perasaan mereka kepada penonton. Biasanya
juga berupa paduan suara. Opera bermula di Italia pada awal tahun 1600-an.
Opera dipentaskan di gedung opera. Di dalam gedung opera, para musisi duduk di
area yang disebut orchestra pit di bawah dan di depan panggung.
3. Teater Gerak
Teater gerak
merupakan pertunjukan teater yang unsur utamanya adalah gerak dan ekspresi
wajah serta tubuh pemainnya. Penggunaan dialog sangat dibatasi atau bahkan
dihilangkan seperti dalam pertunjukan pantomim klasik. Teater gerak, tidak
dapat diketahui dengan pasti kelahirannya tetapi ekspresi bebas seniman teater terutama
dalam hal gerak menemui puncaknya dalam masa commedia del’Arte di Italia.
Dalam masa ini pemain teater dapat bebas bergerak sesuka hati (untuk karakter
tertentu) bahkan lepas dari karakter tokoh dasarnya untuk memancing perhatian
penonton. Dari kebebasan ekspresi gerak inilah gagasan mementaskan pertunjukan
dengan berbasis gerak secara mandiri muncul.
Teater gerak yang paling populer dan bertahan sampai saat ini adalah
pantomim yang terus dikembangkan. Sebagai pertunjukan yang sunyi (karena tidak
menggunakan suara), pantomim mencoba mengungkapkan ekspresinya melalui tingkah
polah gerak dan mimik para pemainnya. Makna pesan sebuah lakon yang hendak
disampaikan semua ditampilkan dalam bentuk gerak. Tokoh pantomim yang terkenal
adalah Etienne Decroux dan Marcel Marceau, keduanya dari Perancis.
4. Teater Dramatik
Istilah dramatik digunakan untuk menyebut pertunjukan teater yang berdasar
pada dramatika lakon yang dipentaskan. Dalam teater dramatik, perubahan
karakter secara psikologis sangat diperhatikan dan situasi cerita serta latar
belakang kejadian dibuat sedetil mungkin. Rangkaian cerita dalam teater
dramatik mengikuti alur plot dengan ketat. Mencoba menarik minat dan rasa
penonton terhadap situasi cerita yang disajikan. Menonjolkan laku aksi pemain
dan melengkapinya dengan sensasi sehingga penonton tergugah. Satu peristiwa
berkaitan dengan peristiwa lain hingga membentuk keseluruhan lakon. Karakter
yang disajikan di atas pentas adalah karakter manusia yang sudah jadi, dalam
artian tidak ada lagi proses perkembangan karakter tokoh secara improvisatoris
(Richard Fredman, Ian Reade: 1996). Dengan segala konvensi yang ada di
dalamnya, teater dramatik mencoba menyajikan cerita seperti halnya kejadian
nyata.
5. Teatrikalisasi Puisi
Pertunjukan teater yang dibuat berdasarkan karya sastra puisi. Karya puisi
yang biasanya hanya dibacakan dicoba untuk diperankan di atas pentas. Karena
bahan dasarnya adalah puisi maka teatrikalisasi puisi lebih mengedepankan
estetika puitik di atas pentas. Gaya akting para pemain biasanya teatrikal.
Tata panggung dan blocking dirancang sedemikian rupa untuk menegaskan
makna puisi yang dimaksud. Teatrikalisasi puisi memberikan wilayah kreatif bagi
sang seniman karena mencoba menerjemahkan makna puisi ke dalam tampilan laku
aksi dan tata artistik di atas pentas.
Kebangkitan teater
modern di Hindia Belanda mulai lagi dengan munculnya kelompok-kelompok teater
profesional. Jakob Sumardjo mengemukakan perkembangan teater di Indonesia
dalam beberapa periode sebagai berikut.
6. Masa Perintisan Teater Modern (1885 – 1925) yang terbagi atas periode:
- Teater
Bangsawan (1885 – 1902)
- Teater
Stamboel (1891 – 1906)
- Teater
Opera (1906 – 1925)
7. Masa Kebangkitan Teater Modern (1925 – 1941) yang terbagi atas periode:
- Teater Miss Riboet Orion (1925)
- Teater Opera Dardanella (1926 – 1934)
- Awal Teater Modern Indonesia (1926)
- Masa
Perkembangan Teater Modern (1942 – 1970) yang terdiri atas periode:
- Teater Zaman Jepang (1942 – 1945)
- Teater Tahun 1950-an
- Teater Tahun 1960-an
Kebangkitan teater
modern di Hindia Belanda mulai lagi dengan munculnya kelompok-kelompok teater
profesional. Jakob Sumardjo mengemukakan perkembangan teater di Indonesia
dalam beberapa periode sebagai berikut.
9. Masa Perintisan Teater Modern (1885 – 1925) yang terbagi atas periode:
- Teater Bangsawan (1885 – 1902)
- Teater Stamboel (1891 – 1906)
- Teater Opera (1906 – 1925)
- Masa Kebangkitan Teater Modern (1925 –
1941) yang terbagi atas periode:
- Teater Miss Riboet Orion (1925)
- Teater Opera Dardanella (1926 – 1934)
- Awal Teater Modern Indonesia (1926)
- Masa
Perkembangan Teater Modern (1942 – 1970) yang terdiri atas periode:
- Teater Zaman Jepang (1942 – 1945)
- Teater Tahun 1950-an
- Teater Tahun 1960-an
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE