Contoh Puisi Untuk Pembelajaran Bahasa Indonesia


Pada Liang sebuah Kubur

aku simak ponggang rindu pada liang sebuah kubur
ketika bunga-bunga yang bertanggalan dari tampukku
ditaburkan
selirih bisik angin agustus yang panas:
kemarau akan berakhir
bisikan itu mengelombang
menyusup menyisip ke umbut rumput
melambangkan cintaku
cinta salah musim yang menyemak
merambati tanah ini
di atas timbunan kubur itu
pucuk pucatnya menjangkau bahuku
mengabarkan muasal segala ingin
aku pun mendekap mereka
mendekatkan pada apa yang mungkin masih menyisa
betapa pucuk-pucuk itu hijau merona
seperti menemukan udara surga
hingga berdesau suara, bahwa pada diriku
yang baru saja menggugurkan bunga-bunga
hanya getah tumpuk yang tersisa

(Sumber: Zelfeni Wimra, disarikan dari KOMPAS, Minggu 31 Januari 2016)


Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana dengan isyarat
yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang 
menjadikannya tiada

(Sumber: Hujan Bulan Juni, Kumpulan Puisi karya Sapardi Djoko Damono)



Menunggu Ayah

Kecipir tumbuh di pagar, belimbing manis
di tangan gadis. Langit sore turun di dahan,
pohon manggis memanggil angin.

Ada capung bersayap emas, terbang serentak
dari ujung rumputan. Ilalang berbisik meniupkan sunyi,
pada telapak gadis yang kini menangis.

"Pakailah sandalmu, sayang,
sebelum ayahmu pulang."
Ia menatap ke kejauhan, sayap elang mengitari padang,
menembus bukit di atas awan
mencari mangsa yang kesepian.

"Apakah elang jantan selalu terbang
tak pernah pulang?"
Langit sore kini temaram,
gadis melangkah menuju malam.

Ilalang berbisik bersama dahan,
memandang gadis di ujung jalan.

Singkawang, 2016

(Sumber: Hanna Fransisca, disarikan dari KOMPAS, Sabtu 25 Juni 2016)


Penumpang

Aku selalu ingin berada
di tempat yang tidak tepat.
Stasiun pukul tiga pagi,
bank di tanggal merah,
yang tak kau inginkan.k
Bagaimana kau yakin
tempatmu di dunia ini
adalah di mana kau
berada sekarang?
Yang aku diami di malam hari
adalah yang aku tinggalkan
di pagi hari. Yang kau
kenakan di siang hari adalah
yang kau tanggalkan 
di sore hari.

Satu-satunya cara
untuk pulang adalah 
dengan pergi, 
Tapi aku tak pernah
berangkat biarpun berada
dalam kereta yang melaju.
Kau tak pernah turun 
meski telah sampai
di stasiun tujuan.

(Sumber: Rio Fitra Sy, disarikan dari KOMPAS, Minggu 16 Juli 2016)


Kolam

Tak ada yang abadi di permukaan kolam,
daun yang jatuh atau gesit sirip ikan
selalu membuat gelombang, memecah
kesunyian.
Hanya sulur teratai tegak menyangga
bunga, seperti mendongak ke puncak
semesta, membuatmu merasa
ada yang harus dipertahankan.
Seekor katak, duduk diam, di atas daun
seperti waktu yang tengah berhitung
kau lelah atau limbung
menunggu sesuatu yang selembut
titik embun, sehalus benang cahaya
yang turun dari rimbun daun, atau
sekedar kata yang tepat
untuk mengutarakan
hidup tak mungkin bisa
tenang.

2013

(Sumber: Dedy Tri Riyadi, disarikan dari KOMPAS, Minggu 8 Desember 2013)

Upacara Tahun Baru

di tempat terakhir berdiri
padam ingatan
separuh umurku memendamkan
cinta
maut pertama dari derita
duka luka kali ini
meretakkan dirinya
malam begitu riuh
di jalan kota

sedang aku bersembunyi
dari angka di kalender, jarum waktu
catatan-catatan tua
kenangan membuat segalanya abadi
menjelang tiada

mereka menyalakan kembang api
ke langit paling kelam

2014

(Sumber: Irma Agryanti, disarikan dari KOMPAS, Minggu 13 April 2014)

Hujan yang Berwarna Hitam

Hujan yang berwarna hitam
adalah hantu yang bersedih
dirangkumnya sekamu malam
disimpannya ke lubuk perih
Jantungnya gelap
adalah degup angin ngarai
tangis yang sayup. Lambai
yang tak sampai-sampai
Semata seru
di sawang
yang beku
Hujan yang berwarna hitam
adalah hantu yang mengerang
tubuhnya sedingin batang pisang
dirangkumnya sekamu dendam
disimpannya ke lubuk malam

2013

(Sumber: Ahda Imran, disarikan dari KOMPAS, Minggu 17 Maret 2013)

Comments