Semua tentang Putih Abu-abu
Yaaa,
ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di sebuah sekolah menengah
kejuruan. Antara percaya dan tidak, aku telah menamatkan masa putih biru ku.
Aku telah meninggalkan kisah-kisah bersama teman seperjuangan ku selama 3 tahun
terakhir ini. Kini saatnya aku memulai cerita di masa yang baru, yaa putih abu-abu.
Masa dimana aku mulai mengenal arti persahabatan dan cinta yang sesungguhnya.
Nama
ku Clara. Aku murid pindahan dari Jawa.
Sebagai murid baru di tahun ajaran yang baru, tidak sulit bagi ku untuk
beradaptasi dengan suasana dan lingkungan yang baru juga.
“Hai, aku clara” sapa ku pada cewek
di sebelah ku
“Hai, aku dewi. Ambil jurusan apa
ra?”, jawabnya padaku
“Oh, seneng bisa kenal kamu. Aku
ambil akuntansi, kalo kamu?”, kataku selanjutnya
“Wah, sama dong. Kamu dari smp mana?,
“Kebetulan aku pindahan dari jawa,
orang tua ku pindah kesini jadi aku juga ikutan pindah deh, hehe”,
Lumayan lama kami berbincang-bincang tak
terasa terdengar bunyi bel, “kriiiiiiiiiiiiiiiing”. Menandakan semua siswa
harus berkumpul di lapangan sekolah.
“Yuk, baris disana”,ajak ku pada dewi
sambil menggandeng tangannya.
“Ayooo”, jawabnya sekenanya
Dibawah
terik matahari yang menyengat, para osis mengumumkan perlengkapan-perlengkapan yang
harus dibawa saat MOS nanti. Calon siswa-siswi SMK itupun menyimak dengan penuh
keseriusan.
“Gilaaaaa, ini mos atau ajang
pelecehan sih” kata cewek yang belakangan ku tahu bernama Fita.
“Udah terima aja, toh emang itu mau
mereka” kataku sambil kipas-kipas karena terasa panas.
Kini
tiba saatnya pembagian kelompok MOS, nama ku disebut pertama ini menandakan aku
ketua kelompok dari gugus yang pertama. Setelah nama ku, di ikuti Fita, Dewi, Yoda dan Diovan. Merekalah yang menjadi kawan
seperjuangan ku saat MOS
ini.
“Ternyata kita satu gugus ya wi, wah
senengnya” , kataku memulai percakapan
“Eh iya ra, jangan-jangan kita jodoh
lagi, hahaha”, candanya sambil memukul lengan ku ringan
“Ihhh, gila kalian “ celoteh Diovan pada ku dan dewi
“Apaan sih kok jadi sewot gitu, kenal
aja kagak” sahut Dewi
kesal.
“Udah-udah, kenapa sih? Sekarang kita
satu kelompok, kita satu tim,
kita harus kompak. Bukan kayak gini” , kataku dengan tegas.
“Iya-iya maaf”, jawab mereka serentak
Tidak
terasa 3 hari berlalu. Mos yang awalnya malas untuk dijalankan, kini sudah
terlewat begitu saja. Entah siapa yang memulai dan entah siapa yang menjauh,
kini aku, Dewi,
Fita
dan teman gugus ku yang lain, tidak dekat seperti dulu lagi. Yaa, mungkin
karena mereka sudah sibuk dengan dunia mereka yang baru. Aku ingin memiliki
sahabat sejati di masa terakhir ku sekolah. Aku yakin cepat atau lambat pasti
akan menemukan apa yang ku cari.
Kegiatan
belajar mengajar sudah dimulai. Kini aku telah memakai seragam putih abu-abu.
Ada perasaan bangga ada juga perasaan kecewa. Bangga karena telah resmi menjadi
siswa SMK, dan kecewa karena aku seolah sendiri disini. Dulu aku selalu membayangkan bisa satu sekolah lagi dengan
teman-teman putih biru ku, tapi semua seakan sirna ketika orang tuaku memutuskan
untuk pindah disini, ya kota Batam.
Dikelas
paling ujung, disitulah aku mulai berkenalan dengan pelajaran, guru dan juga
teman yang akan menjadi kawan sekelasku. Aku mulai duduk di baris pertama dan
dibangku kedua dari depan.
Tidak
lama kemudian, ada cewek berambut kriting datang menghampiri ku.
“Boleh aku duduk disini? Kosong ga? “
tanyanya yang mebuyarkan lamunan ku.
“Oh, boleh kok. Kebetulan juga masih
kosong. Kenalin aku Clara, kamu?” , jawabku padanya dengan ramah
“Aku Lingga. Dari Smp mana ra? Aku
dari Smp 6”
“Oh, sama dong aku juga dari Smp 6,
tapi dari Pulau Jawa, hehehe”
Dua bulan kami selalu bersama. Mulai
dari jajan pada jam istirahat, keluar sekolah pada jam olahraga dan sampai ke
toilet kami juga bersama. Tapi tidak dengan bulan ketiga. Semua seolah berubah
180 derajat. Kami mulai sibuk dengan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh
guru. Dan semenjak itu kami seakan teman yang baru kenal beberapa menit lalu,
memang kami masih tegur sapa tapi tidak lagi bersama seperti 2 bulan lalu.
Seketika itu juga aku sadar sahabat sejati emang sulit didapatkan. Udah
kesekian kalinya aku gagal tapi aku gak mau nyerah gitu aja. Aku yakin pasti ada seseorang yang bener-bener bisa jadi
sahabat ku.
Hari
demi hari berlalu begitu saja. Entah dari mana awalnya kini aku punya teman
dekat. Namanya Vera. Kami selalu bersama, tidak seperti yang sebelumnya kini
aku mulai merasa ada persahabatan diantara kami. Kami selalu berbagi dalam suka
dan duka. Apapun yang kami alami kami selalu cerita satu sama lain. Entah lewat
handphone, tatap muka, atau chatting di dunia maya. Apakah kini aku sudah
menemukan sahabat sejati? Apakah dia yang kucari selama ini? .
“Ra,
aku gatau mau mulai darimana cerita ke kamu. Tapi yang jelas sekarang aku lagi
sakit hati banget. Kemarin Hendra tiba-tiba minta putus. Dia bilang aku terlalu
over, tapi kan
wajar ga sih? Aku sayang sama dia. Dan menurut ku aku biasa aja. Emang ya cowok
tuh semua sama aja diperhatiin salah dicuekin makin salah”, ujarnya padaku
“Hem, udah-udah. Kalo emang dianya ga
jelas gitu, ngapain kamu sakit hati. Tinggal lupain cari yang baru deh. Lagian
kan ada aku yang ga pernah bikin kamu sakit hati hahahaha”, candaku untuk
menghibur Vera.
Aku
dan Vera kadang memang bercanda berlebihan. Tapi itulah yang membuat kami
semakin dekat.
Setelah
Vera sakit hati karena Hendra, Vera pernah janji sama aku ga akan pacaran lagi
sampai kita lulus nanti.
Percaya
atau tidak, aku hanya mengiyakan apa mau dia.
“Okeoke coba aja dulu. Paling –paling
besok juga udah lupa sama janjinya hahaha” ejekku pada vera
“Dasar, aku juga betah kali ga ada
cowok.” Ucapnya kesal.
Singkat
cerita, aku cewek yang susah banget buat sayang sama orang, kini aku punya rasa
itu. Rasa yang enggak ku ketahui sejak kapan ada di hati ini. Tapi mungkin rasa
ini juga yang menghancurkan semuanya. Impian, Persahabatan bahkan perasaan
juga.
Sekitar
6 bulan aku dekat dengan dia, ya namanya Rian. Memang aku dan dia ga pacaran,
tapi kami punya rasa yang sama. Bulan demi bulan silih berganti.
Entah
apa yang terjadi sedikit demi sedikit semua mulai berubah. Ya belakangan aku
sadar ternyata Vera punya rasa yang sama dengan ku. Kami suka sama cowok yang
sama.
Mungkin
itu juga yang membuat Vera semakin semangat menceritakan Rian padaku, namun
tidak mempedulikan cerita ku.
Malam
itu aku dan Rian terlihat biasa saja. Namun seketika suasana menjadi panas.
“Ra,
boleh aku ngomong sesuatu?, pesannya melalui media sosial
“Ngomong aja kali. Kenapa harus nanya
segala?” balasku padanya
“Hem, kayanya kamu cuek banget sama
aku. Apa baiknya kita mengakhiri semua? Tapi jujur aku masih sayang sama kamu”
Antara
sadar dan tidak, aku seakan gak
percaya membaca pesan dari Rian. Tapi inilah kenyataan memang ini yang sedang
terjadi.
“Oh, jadi ini yang mau kamu? Yaa gak apa sih, mungkin ini yang terbaik.” Itulah yang sanggup kukatakan pada
Rian.
“Hem, tapi aku masih boleh kan care
sama kamu?”,
tanyanya.
“Terserah aja sih”
Yaa,
malam itu mungkin malam terburuk yang pernah ada dalam kehidupan ku. Dia cowok
pertama yang aku sayang di masa putih abu-abu ini. Entah tetesan air mata apa
yang mengalir di pipi ini. Kekecewaan? Ya mungkin. Penyesalan? Mungkin itu lebih
tepat.
Menyesal
karena sayang dengan orang yang salah itu menyakitkan, sangat menyakitkan.
Apapun
yang aku lakukan untuk menghapus memoriku tentang ‘si mata sipit’ itu malah
menjadi bumerang bagiku untuk terus mengingat saat-saat manis bersamanya. Aku
juga telah berkali-kali mencoba mencari tambatan hati lain tapi aku tetap tak
bisa melupakannya.
Disini aku, semua tentangku.
Mungkin aku ditakdirkan
mempunyai garis wajah yang seperti ini. Garis wajah yang menjelaskan bahwa
dibalik senyuman yang terlukis diwajahku, masih ada air mata yang tergambar
jelas. Aku orang yang selalu bersikap seolah-olah selalu bahagia dan selalu
tertawa,walaupun jiwaku rapuh. Aku tahu jelas
dimana tempat aku harus tertawa, tempat aku bahagia, dan tempat aku meluapkan
semua kesedihanku. Aku tahu bagaimana caranya membuat teman-temanku bangkit
walaupun dengan itu aku harus jatuh.
Hari itu hari selasa, hari
pertama ku masuk sekolah setelah beberapa hari sempat libur. Aku gak tahu siapa yang memulai untuk saling
menjauh. Yang jelas semua berubah ya keadaan memang ga pernah dan ga akan
pernah bisa kita tebak. Saat ini bahagia beberapa jam lagi mungkin kita akan
menangis.
Sengaja atau tidak aku tidak
lagi bersama Vera. Mungkin beberapa pertanyaan yang pernah aku ajukan,
jawabannya adalah tidak. Ya aku belum menemukan sahabat sejati dan bukan dia
yang kucari selama ini.
“Loh
ra? Kok ga sama si Vera?
Dia lagi di bawah sendiri loh”, tanya Lingga padaku
Aku
terdiam. Entah apa yang ada dipikiran ku. Walaupun saat ini aku belum ada bukti
bahwa Vera mengkhianati ku, tapi aku yakin mereka memang ada hubungan spesial. Dan
itu menyakitkan bagi ku. Akhirnya tanpa pikir panjang dan tanpa memedulikan
bagaimana perasaan ku sendiri, aku membulatkan tekad untuk ke bawah menemui
Vera.
Saat
ini, ya sekarang. Aku ada di bawah “Ya Tuhan, apakah ini petunjukmu? Apakah engkau tidak ingin
melihat ku larut dalam kesedihan, sehingga aku harus berdiri disini?”, kataku
dalam hati.
Yaa,
aku melihat Vera dan Rian sedang berdua, mereka terlihat bahagia sama seperti
bahagia ku dulu.
Kini
aku sadar siapa yang layak disebut sahabat, dan siapa yang tidak layak lagi
dapat gelar seorang sahabat. Dengan kejadian ini aku sadar ternyata ada yang
benar-benar layak disebut sahabat. Mereka adalah Dona, Siska dan Lifia. Mungkin mereka tak begitu mengenalku, benar-benar tak mengenalku. Tapi aku
tahu semua tentang mereka. Aku bukan orang yang mudah untuk mengungkapkan semua
kehidupanku, sepercaya apapun aku pada mereka, tapi percayalah, aku tak bisa
menceritakan semua kepahitanku. Bukan karena aku tidak mempercayai sahabatku,
tapi aku tak ingin membuat mereka sedih karena ku. Jika ada orang yang
mengatakan seorang sahabat akan selalu ada disaat suka dan duka, tapi tidak
denganku. Aku lebih ingin berbagi kebahagiaan ku bersama mereka dibanding aku
harus melibatkan mereka dalam duka ku. Aku lebih ingin membuat mereka tersenyum
dan bahagia, dibanding aku harus melihat mereka ikut menangis dan sedih karena
ku.
“Ra, sabar yaa. Mereka emang udah
keterlaluan. Aku percaya kok sama kamu, kalo mereka emang ada hubungan spesial.
Yaa walaupun kita belum ada bukti yang kelihatan, tapi buktinya emang
transparan semua. Lagian masih banyak cowok yang layak di sayang. Yang sabar
yaa yang kuat J”
Hibur
Dona
di pesan media sosial ku.
“Makasih yaa Don, tapi udah ah gila amat galauin
mereka yang dipikirin aja udah ga layak hahaaha J”, Balasku padanya.
Masih
dalam suasana yang bisa di bilang penuh dengan kekecewaan, aku memutuskan untuk
menceritakan ini pada seseorang yang ku anggap sebagai kakak sendiri. Namanya
Jerry. Ya dia adalah seorang cowok yang ku sayang sebagai seorang kakak dan
juga ku percaya. Apapun yang ku alami selalu ku ceritakan padanya, termasuk
kekecewaan ini. Walaupun awalnya enggan, karena dia adalah kakak dari Rian, tapi
ku pikir memang dia yang kubutuhkan saat ini.
“Hai kak, menurut kakak teman makan
teman itu apa sih?” ,Tanyaku melalui pesan singkat
“Ehm, kenapa tiba-tiba nanya kayak
gitu? Clara ada masalah? , jawabnya singkat
“Oh, enggak kok kak hanya sekedar
tanya, gimana pandangan kakak tentang itu” , Aku mencoba menutupi semuanya.
“Ehm,
kakak ga bisa jelasin tanpa tau apa yang sebenarnya terjadi. Apa ini ada hubungannya
sama Vera dan Rian?”, Tanyanya
yang sebenarnya mengejutkanku.
“Oh,
jadi kakak udah tau semuanya? Dari mana? Vera cerita ya sama kakak?”, Jawabku.
“Enggak,
kakak gatau semuanya. Yaudah kalo gitu, besok kakak mau ngomong sama Clara”, Balasnya pada ku
“Mau
ngomong apa kak? Kalo memang yang kakak omongin itu belain mereka, mending gausah deh kak. Clara
udah cukup sakit saat ini J”, Jawab ku dengan fake smile.
“Sejak kapan sih kakak belain mereka?
Udah malam nih, Clara tidur sana” Balasnya.
“Oke sampai besok kak, goodnight J”,
Balasku
yang terakhir malam itu.
Malam
telah larut. Kini rembulan telah terganti oleh fajar yang menyingsing dari arah
timur. Sinarnya menembus jendela kamarku yang tertutup tirai berwarna putih
kecoklatan. Dan ini membuat ku terbangun dari dunia khayalan ku. Saatnya
bersiap untuk melakukan rutinitas ku tiap hari. Ya, tidak lain adalah sekolah.
“Ma, Yah, Clara berangkat yaa”, Teriakku dari depan pintu.
Disekolah,
aku selalu bersama mereka. Ya mereka yang layak disebut sebagai sahabat. Ada
kebiasaan yang selalu kami ucapkan untuk mengawali hari. Cukup satu kata tapi
cukup memberi semangat juga. Ya kata itu adalah “pagi” tidak lupa dengan
lengkungan dibibir yang biasa disebut dengan senyuman JJ
“Pagi J”, kataku pada
ketiga sahabat ku
“Pagi J”, sahut mereka
serentak
Kini
saatnya aku dan kak Jerry bicara, sesuai janji kami semalam.
“Jadi
alasan Clara nanya yang semalam itu apa? , Katanya mengawali pembicaraan
“Ehm, Clara kan udah bilang , Clara
hanya pengen tau pandangan kakak tentang hal itu” , Kataku sambil menundukan kepala.
“Jangan
bohong sama kakak, kakak tau yang terjadi walaupun ga semuanya”, Jawabnya.
“Nah tuh tau, ngapain masih nanya?”, Jawab
ku agak kesal.
“Kakak cuma pengen kamu jujur sama
kakak, kamu cerita sendiri sama kakak”, Katanya.
Yaa,
akhirnya kuceritakan semuanya. Mulai dari awal sampai akhir. Gak terasa air mata ini mulai menetes.
Aku tau ini air mata penyesalan. Ketika ku menceritakan hal ini pada kak Jerry,
seolah aku mengulang hal pahit yang
menyakitkan itu.
“Ohh, jadi gitu ceritanya. Jadi hanya
karena ini, Clara
gak
menganggap Vera sebagai sahabat lagi? Kakak kan udah bilang, sahabat itu gak gampang kita dapatin. Mungkin dari
sekian banyak teman yang kita miliki, hanya 1 yang layak dianggap sebagai
sahabat. Dan sekarang Clara punya itu, tapi karena masalah cowok Clara gak lagi anggap dia sebagai seorang
sahabat?”, tanyanya padaku.
“Hanya karena ini? Oh sepele banget
lah ya bagi kakak? Kakak kenal aku dari kapan sih kak? Bukannya kakak udah tau
aku gimana? Aku ga gampang kak sayang sama orang tapi saat aku udah bener-bener
sayang aku malah dikecewain. Bahkan 2 orang sekaligus dan mereka orang yang
terdekat dengan ku. Ya walaupun itu dulu. Kakak tau ga sih rasanya ditinggalin
orang yang kita sayang, terus kita tau dalam waktu yang hampir bersamaan, dia udah pacaran sama sahabat kita,
bahkan sahabat terdekat kita. Emang Vera ga bisa mikirin gimana perasaan aku?”, Jelasku sambil meneteskan air mata.
“Sekarang kakak tanya, apa Clara
pernah cerita sama Vera kalo sebenernya Clara sayang sama Rian?, tanyanya
dengan santai.
“Enggak”. Jawabku singkat.
“Nah jadi gimana Vera bisa ..”
“Tapi kak”, Kataku memotong pembicaraannya.
“Bentar, setelah Vera jadian sama
Rian, Vera ada sms kakak dia bilang “Bang, aku sama Rian pacaran, kami
jadian tanggal 7 kemarin”. Jujur kakak kaget waktu itu, lalu
kakak balas sms dia “Adek
jadian sama Rian? Emang adek ga ada mikirin gimana perasaan Clara sebagai
sahabat adek?” Clara tau Vera jawab apa? Dia bilang “Emang Clara ada mikirin perasaan
adek?”, ceritanya
padaku.
“Ha?
Clara ga mikirin perasaan dia? Clara ga cerita sama dia kalo Clara sayang sama
Rian, karena apa? Karena Clara tahu
Vera juga sayang sama Rian.Tanpa Vera cerita ke Clara kalo dia juga suka sama
Rian, Clara tau itu. Clara tau gimana perasaan dia. Clara tau itu karena Clara
bener-bener kenal dia sebagai seorang sahabat. Bukankah seharusnya dia juga
seperti itu sama Clara? Bukankah seharusnya Vera juga tau gimana perasaan
Clara? Awalnya Clara nyembunyiin ini
semua dari Vera karena Clara gamau hanya karena suka sama cowok yang sama, kami
jadi berantem. Asal kakak tau ya, banyak yang nyaranin Clara untuk jauhin Vera
sejak dulu. Tapi apa? Clara ga pernah lakuin itu. Karena Clara bener-bener
anggap dia sebagai sahabat. Tapi ternyata Clara salah, salah besar. Dan Clara
kira, dengan cerita sama kakak, Clara bisa lebih tenang. Tapi mungkin, Clara
salah untuk kesekian kalinya. Udahlah kak, Clara mau kebawah.” Jelasku pada kak
Jerry,
sambil terbata-bata karena menahan tangis dan gejolak di hati.
“
Ra?”, Panggilnya.
“Udahlah, ga usah dilanjutin lagi. Lagian
Clara udah lupain semua kok”, Jawabku .
“Hem, bagus deh kalo gitu. Itu baru
adek kakak yang terbaik”, Katanya
berusaha menghiburku.
Kini semua udah berlalu. Dan semua yang ku
duga memang gak
pernah salah. Rian dan Vera memang pacaran. Dan sampai sekarang aku gak tahu apa maksud mereka. Apakah mereka
ingin menyakitiku? atau Apakah aku memang pantas untuk disakiti oleh mereka
yang pernah menyayangiku? Apapun alasan mereka aku udah ikhlasin semuanya.
Tanpa mereka, aku bahkan bisa lebih
bahagia. Sekarang aku hidup di tengah orang-orang yang gak pernah membuat ku meneteskan air mata bahkan berkaca-kaca pun tidak.
Cinta
–Sayang. Kata itu memang hanya terdiri dari 2 suku kata dan mungkin juga hanya
layak dirasakan oleh dua
belah pihak. Mungkin kini aku akan memulai kisah yang baru. Kisah yang layak
ada di memori hidup seorang Clara.
Semenjak
kejadian itu, banyak hal mengejutkan terjadi di kehidupan ku.
“Kakak sayang sama Clara J”,
Pesan
dari kak Jerry.
“Haha, yaya dong wajib itu :p”, Balasku dengan candaan singkat.
“Tapi bukan sebagai adek J”,
balasnya mengejutkanku.
“Haha, apaan sih? Ga lucu bercanda
nya”, Jawabku
singkat.
“Enggak kakak ga bercanda J
kakak suka sama Clara J”, Balasnya.
Ya
ini semua memang ga pernah ku sangka. Selama ini aku benar-benar hanya
menganggap dia sebagai kakak. Dan sepertinya semua memang berubah, aku jadi
merasa canggung sama dia. Yang awalnya kami suka bercanda lewat batas, mungkin
sekarang dan seterusnya kami tidak bisa seperti itu lagi. Perasaan memang bisa
merubah segalanya.
“Haha, sejak kapan coba kak? Jujur ya
Clara kaget loh”, Balasku
agak lama, karena aku masih merasa gak
percaya.
“Sejak kakak melihat Clara disakitin
sama Rian. Semenjak itu kakak pengen jaga Clara sebagai orang yang kakak
sayang. Dan semenjak itu juga kakak sadar kakak sayang sama Clara lebih dari
seorang kakak yang sayang sama adeknya J”, Jelas kak Jerry padaku.
“Yaa tapi bagi Clara ini terlalu
cepat. Selama ini Clara sayang sama kakak hanya sebagai seorang kakak, gak lebih”, Balasku padanya.
“Kakak menghormati perasaan Clara kok, kakak gak minta Clara merespon perasaan
kakak. Tapi kalo Clara butuh waktu untuk itu, kakak lebih senang lagi J”, Ucapnya.
“Hem, oke Clara coba dulu lah kak”, Jawabku.
Sepertinya
semenjak hari itu, hari-hari ku jadi lebih berwarna. Ya walaupun sampai saat
ini aku masih belum memiliki rasa yang sama dengan kak Jerry, tapi setidaknya
dengan hadirnya dia di kehidupan aku, aku jadi tahu arti persahabatan dan cinta
yang sesungguhnya. Dia mengajarkan ku mengerti manis pahitnya hidup. Dia
membuatku lebih dewasa saat bertubi-tubi masalah datang menghampiri ku silih
berganti.
Dan
pelajaran yang terpenting ,tidak seperti anggapan banyak orang yang mengatakan
“Cekcok
dulu baru cocok”, tapi ku rasa cinta maupun sayang tumbuh karena persahabatan.
Karena kita perlu mengenal satu sama lain dengan mendalam. Entah apa yang akan
terjadi nanti, tapi inilah hidup.
Kadang
suka mengajarkan kita untuk mengerti arti kebahagiaan, dan duka mengajarkan
kita untuk mengerti arti bersyukur.
Dan
aku bahagia terlebih lagi bersyukur, karena bisa merasakan keduanya di masa
putih abu-abu ini. Masa yang mungkin gak akan datang untuk kedua kalinya.
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE