Pandai Besi dan Anjingnya
Seorang pandai besi memiliki
anjing kecil yang biasanya tertidur ketika tuannya sedang bekerja, dan terjaga
ketika tiba waktunya untuk makan.
Suatu hari tuannya berpura-pura
marah akan hal ini. Dan ketika sang Pandai Besi melemparkan sepotong tulang
untuk makanan anjingnya, seperti yang biasa dilakukannya, ia pun berkata,
"Apa gunanya makhluk malas
seperti kamu? Ketika saya bekerja keras memukul besi, kamu hanya meringkuk dan
tidur nyenyak, tetapi tidak lama setelah saya berhenti bekerja untuk
beristirahat makan, kamupun bangun dan mengibaskan ekormu minta diberi
makan."
Mereka yang malas bekerja,
wajar apabila mengalami kelaparan.
Pemburu dan Penebang Kayu
Seorang pemburu yang tidak
terlalu berani, sedang mencari jejak seekor singa. Dia lalu bertemu dengan
seorang penebang kayu di dalam hutan dan dia pun bertanya kepada penebang itu
jika saja ia melihat adanya tanda-tanda jejak sang Singa atau tahu di mana
singa tersebut bersarang.
"Saya tahu," kata
penebang kayu itu, "sekaligus saya bisa menunjukkan dan memperlihatkan
kamu dimana Singa itu berada sekarang."
Sang Pemburu berubah menjadi
sangat pucat hingga giginya berbunyi karena gemetaran akibat rasa takut. Ia pun
menjawab, "Tidak, terima kasih, saya tidak meminta semua itu, saya hanya
mencari jejak kakinya, dan bukan singanya."
Orang yang berani, dibuktikan
dengan perbuatan.
Kuda dan Kedelai yang Sarat dengan Beban
Pernah ada seorang pria yang
memelihara seekor kuda dan seekor keledai untuk mengangkat beban. Sudah menjadi
kebiasaan pria tersebut untuk memuati keledainya dengan beban yang berat sampai
keledai tersebut terhuyung-huyung karena beban yang terlalu berat, sementara
sang Kuda diizinkan untuk berjingkrak sepanjang jalan dengan beban yang ringan.
Saat mereka melakukan perjalan di
suatu hari, sang Keledai yang telah menderita sakit selama beberapa hari
terakhir, berkata kepada sang Kuda, "Maukah kamu mengangkut sebagian dari
beban saya untuk beberapa kilometer saja? Aku merasa sangat tidak enak badan,
tetapi jika kamu mau membawa sebagian bebanku hari ini, mungkin saya akan cepat
sembuh kembali. Beban yang terlalu berat ini bisa membunuhku."
Sang Kuda hanya
menendang-nendangkan kakinya dan berkata kepada sang Keledai agar tidak usah
mengeluh dan mengganggunya dengan kata-kata keluhan. Sang Keledai menjadi
terhuyung-huyung selama berjalan setengah kilometer lagi dan tiba-tiba jatuh ke
tanah dan mati.
Saat itulah, si Pemilik datang
dan hanya bisa berpasrah dengan apa yang telah terjadi. Ia lalu melepaskan
beban dari keledai yang telah mati, lalu ditempatkan di atas punggung kuda.
"Aduh," keluh sang Kuda saat dia merasakan beban berat di
punggungnya, di tambah dengan berat tubuh sang Keledai yang telah mati,
"Sekarang saya mendapatkan ganjaran karena sifat saya yang jelek. Dengan
menolak menanggung sebagian beban sang Keledai, sekarang saya harus membawa
seluruh beban tersebut, ditambah dengan berat tubuh teman saya yang malang
ini."
Bantulah orang yang
membutuhkan bantuan, maka kamu akan terbantu juga.
Sifat yang buruk akan
mendapatkan ganjaran.
Kelinci dan Anjing Pemburu
Seekor anjing pemburu yang
mengejar-ngejar seekor kelinci, dan setelah beberapa lama, sang Anjing menyerah
dan menghentikan pengejarannya. Kebetulan kejadian itu disaksikan oleh seorang
gembala yang langsung mengejek sang Anjing dan berkata:
"Hewan yang lebih kecil
ternyata larinya lebih kencang dibandingkan dengan kamu,"
Sang Anjing menjawab,
"Tidakkah kamu melihat perbedaan di antara kami? Saya berlari untuk
mendapatkan makanan, sedangkan sang Kelinci berlari untuk mempertahankan
hidupnya."
Keinginan menentukan kerasnya
suatu usaha.
Rusa dan Anak Rusa
Seekor anak rusa bertanya kepada
ayahnya: "Ayah lebih besar, lebih kuat, dan lebih lincah daripada seekor
anjing, dan ayah memiliki tanduk yang tajam. Tetapi mengapa Ayah selalu lari
menghindar saat mendengar gonggongan anjing?"
"Anakku," kata sang
Rusa, "Sifat amarahku tidak menentu, dan bisa saja saat saya berdekatan
dengan anjing yang ribut menggonggong itu, saya akan kehilangan kesabaran dan
mungkin saja saya akan melukai anjing tersebut."
Lebih baik menghindari semua
masalah yang bisa terjadi.
Murid Nakal, Kepala Sekolah, dan Pemilik Kebun
Seorang murid sekolah yang sangat
nakal dan sering membolos dari sekolah, suatu saat berencana untuk mengambil
dan memetik buah-buahan dari suatu kebun tanpa sepengetahuan pemiliknya.
Pemilik kebun ini, di setiap
musim panen, selalu membanggakan hasil panennya yang sangat baik. Pada musim
semi, dia bisa menunjukkan bunga-bunga yang mekar pada pohonnya dan di musim
gugur dia bisa memetik apelnya yang telah ranum.
Suatu hari, pemilik kebun ini
melihat murid sekolah ini dengan sembarangan memanjat pohon buah dan
menjatuhkan buah-buahan yang telah masak maupun belum masak. Murid nakal ini
bahkan mematahkan dahan-dahan pohon, dan melakukan begitu banyak kerusakan
sehingga pemilik kebun ini mengirimkan laporan berisikan keluhan kepada kepala
sekolah di mana anak tersebut bersekolah. Kepala sekolah ini datang segera ke
kebun tersebut dan membawa murid-murid yang lain di belakangnya. Kepala sekolah
ini ingin memarahi dan menghukum murid nakal tersebut dan memberikan contoh
kepada murid lainnya bahwa setiap perbuatan yang nakal, akan mendapatkan
hukuman. Tetapi apa yang terjadi? Rencana kepala sekolah tersebut menjadi berantakan dan malah
memperparah keadaan karena saat murid-murid yang lain melihat pohon apel yang
telah ranum, mereka langsung menyerbu ke kebun dan memanjat pohon serta memetik
buah apel dari pohon.
Tindakan yang dianggap
bijaksana, belum tentu bijak.
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE