Ketika orang banyak melakukan berbagai aktivitas dalam keseharian maka
ada sebagian orang yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan membaca. Padahal
tidak semua orang memiliki kebiasaan membaca sekalipun memiliki banyak waktu.
Maka telaah ini perlu dibahas dengan berbagai aspek tinjauan, dan
berbagai impact dari perilaku masyarakat gemar membaca dan masyarakat yang
tidak terbiasa membaca, ataupun impact bagaimana kalau ada pemaksaan untuk
membiasakan membaca.
Cara dan strategi yang dibangun ditingkat masyarakat akan mempengaruhi
hasil yang akan diperoleh setalah 3 sampai 5 tahun mendatang. Tidak bisa dampak
social terlihat dalam waktu singkat apabila tujuan merubah masyarakat non
literasi menjadi literasi, bahkan mungkin saja masyarakat yang ileterasi (tidak
mau membaca). Budaya vocal atau bertutur masyarakat yang terbentuk sejak dulu
sulit kalau secara instan dirubah menjadi masyarakat gemar membaca apalagi
sampai pada tingkatan masyarakat yang bisa mendokumentasikan dengan baik segala
peristika, kejadian dengan tulisan.
Manfaat Membaca Dalam Kehidupan (tulisan diambil dari internet)
Pada dasarnya membaca adalah salah satu media penyerapan ilmu
pengetahuan dan informasi, karena kemampuan baca yang tinggi akan memacu
seseorang untuk mengembangkan diri melalui penyerapan ilmu pengetahuan,
teknologi dan budaya. Membaca juga merupakan kegiatan yang memberdayakan
beberapa indra secara bersamaan, karena melalui membacalah maka ilmu dapat
direkam lebih banyak dan lebih lama. Secara umum manfaat dari membaca adalah :
a. Menambah dan memperluas wawasan dan pengetahuan
b. Memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah
c. Mempertajam tingkat pemikiran
d. Memiliki sikap obyektif terhadap masalah
e. selalu mementingkan fakta dan informasi
Minat baca memang belum didefinisikan secara tegas dan jelas. Namun
Prof. A. Suhaenah Suparno dari IKIP Jakarta memberi petunjuk mengenai hal ini
yaitu tinggi rendahnya minat baca seseorang seharusnya diukur berdasarkan
frekuensi dan jumlah bacaan yang dibacanya. Namun perlu ditegaskan bahwa bacaan
itu bukan merupakan bacaan wajib. Misalnya bagi pelajar, bukan buku pelajaran
sekolah. Jadi seharusnya diukur dari frekuensi dan jumlah bacaan yang dibaca
dari jenis bacaan tambahan untuk berbagai keperluan misalnya menambah
pengetahuan umum.
Meningkatkan Budaya Baca
Upaya Peningkatan Minat Baca
Sesungguhnya sejak tahun 1972 UNESCO telah memprioritaskan masalah
pembinaan minat baca. Pada tahun tersebut diluncurkan program yang disebut
dengan program buku untuk semua (books for all), yang bertujuan untuk
meningkatkan minat dan budaya baca masyarakat. Salah satu implementasi program
ini adalah dicanangkan International Book Year 1972 (Tahun Buku Internasional
1972).
3. Issu yang Berkaitan dengan Gemar Membaca
Ketidak-mampuan Membaca (Buta Aksara)
Data dari UNESCO menyatakan bahwa sekitar 1,35 milyar penduduk dunia
atau sekitar sepertiga penduduk dunia mengalami buta aksara. Sebagian besar
buta aksara tersebut dialami oleh wanita atau 1 : 2 antara pria buta aksara
dengan wanita. Sebagian besar penduduk buta aksara tersebut adalah penduduk
negara dunia ketiga.
Hingga kini, jumlah penduduk Indonesia buta aksara tergolong masih
relatif tinggi. Setelah hampir 60 tahun merdeka, pemberantasan buta huruf masih
juga belum tuntas. Data Badan Pusat Statistik 2003 menunjukkan, penduduk buta
aksara usia 10 tahun ke atas masih tercatat 9,07 persen atau sekitar 15,5 juta,
tersebar di seluruh provinsi (Republika Online, 17 Desember 2004).
Mengapa hingga kini jumlah penduduk buta aksara masih tinggi? Direktur
Pendidikan Masyarakat, Ditjen Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda, Depdiknas,
Ekodjatmiko Soekarso, mengungkapkan sejumlah pangkal soalnya. Dia menyatakan,
dalam setiap tahun masih terus terjadi adanya siswa usia sekolah dasar yang
tidak sekolah atau tidak tertampung di SD kelas 1, 2, dan 3 sekitar 200.000 –
300.000 orang yang disinyalir kembali buta aksara.
Kondisi Pendidikan di Indonesia
Selain jumlah sekolah yang tidak dapat menampung seluruh anak usia
sekolah, program di sekolahpun kurang mendukung anak untuk mempunyai kebiasaan
membaca. Taufiq Ismail pada tahun 1997 meneliti program membaca dari 13 SMA di
dunia mendapatkan hasil yang sangat menyedihkan. Menurut Taufiq Ismail sejak
tahun 1943 sampai sekarang tidak satupun SMA Indonesia yang mewajibkan siswanya
membaca buku roman. Wajib disini dalam arti kewajiban membaca buku tersebut
masuk dalam kurikulum sekolah. Guru memerintahkan siswanya untuk membaca buku,
kemudian guru tersebut mewajibkan siswanya untuk membuat ringkasan dan menguji
muridnya.
Kondisi Perbukuan Indonesia
Menurut Soekarman Kartosedono (1992), dalam zaman modern dewasa ini
perkembangan ekonomi dan pembangunan suatu negara bukan hanya diukur dari
tingkat pendapatan (GNP) masyarakat saja tetapi juga dilihat dari tingkat baca
tulis, konsumsi kertas, buku dan perkembangan literatur masyarakat. Hal ini
tidaklah mengherankan karena sejak dahulu kala, buku telah membuktikan fungsi
dan peranannya yang sangat efektif sebagai sarana pendidikan dan pranata ilmu
pengetahuan. Buku selain merupakan wahana untuk menampilkan dan memelihara
warisan peradaban bangsa, juga berperan sebagai alat ampuh untuk menyebarkan
budaya tersebut kepada masyarakat.
Sebuah penelitian mengenai perbukuan bidang sains pernah dilakukan pada
tahun 1982 dibiayai oleh Badan Pertimbangan Pengembangan Buku Nasional, dengan
kesimpulan antara lain :
Jumlah buku sains yang diterbitkan antara 1972 – 1981 berjumlah 2.233
judul untuk pembaca dari berbagai tingkat pendidikan.
Pada umumnya penerbit, terutama penerbit komersial, belum memperlihatkan
prestasi yang memadai dalam menerbitkan judul-judul buku sains.
Penelitian yang sama dilakukan untuk bidang teknologi, dengan kesimpulan
antara lain:
Jumlah buku teknologi yang diterbitkan antara tahun 1972 – 1981
berjumlah 4.942 judul, 67,2 % diantaranya adalah buku teknologi pertanian.
Ditinjau dari segi pelakunya, diperoleh kesimpulan bahwa dari seluruh
terbitan bidang teknologi, 23 % diterbitkan oleh penerbit universitas, dan 49,1
% oleh departemen dan lembaga-lembaga negara.
Satu lagi penelitian yang sama juga dibiayai oleh Badan Pertimbangan
Pengembangan Buku Nasional menyangkut buku bacaan anak-anak (tingkat SD).
Kesimpulan dari penelitian itu antara lain:
Jumlah buku anak-anak yang terbit antara tahun 1971 – 1980 adalah 5.519
judul, lebih kurang 50 % diantaranya adalah buku-buku fiksi.
Sekitar 22 % dari terbitan buku anak-anak adalah karya terjemahan dan
atau adaptasi.
Setelah itu, sangat jarang diadakan survei yang komprehensif mengenai
perbukuan di Indonesia. Pada masa krisis ekonomi, dari jumlah penerbit yang
masih aktif menjadi anggota IKAPI, sekitar 15 persen hanya bergantung kepada
buku stok atau cetak ulang buku yang diperkirakan masih dicari orang di pasar.
Perusahaan penerbitan yang benar-benar masih aktif menerbitkan buku dan judul
baru tinggal 10 persen. Akibatnya, produksi buku pada sekitar tahun 2000
merosot tajam, yakni dari sekitar 5.000-6.000 judul per tahun tingal sekitar
2.000 judul saja per tahun.
Penelitian terakhir dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI (2004)
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
Publikasi Indonesia selama tahun 2002 dan 2003 adalah sebesar 12.709
judul buku yang terdiri dari 6.656 judul buku (52,4 %) diterbitkan pada tahun
2002 dan sebanyak 6.053 judul buku (47,6 %) diterbitkan pada tahun 2003.
Buku-buku tersebut diterbitkan oleh 1.977 penerbit baik penerbit
komersial (sebanyak 1169 penerbit atau 59,13 %) maupun penerbit non komersial
(sebanyak 808 atau 40,87 %) seperti lembaga pemerintah dan swasta serta
perguruan tinggi non penerbit universitas.
Dari lima kota besar (ibukota propinsi di Jawa), kota yang paling banyak
menerbitkan buku adalah Jakarta (61,27 %), kemudian diikuti oleh Yogyakarta
(15,56 %), Bandung (8, 20 %), Surabaya (1,27 %), dan Semarang (0,71 %). Hal ini
sesuai dengan jumlah penerbit (komersial) yang ada di kota-kota tersebut dengan
jumlah masing-masing sebagai berikut: Jakarta sebanyak 643 penerbit, Yogyakarta
sebanyak 192 penerbit, Bandung sebanyak 107 penerbit, Surabaya sebanyak 44
penerbit, dan Semarang sebanyak 19 penerbit. Jumlah terbitan yang rata-rata
6.000 – 7.000 judul per tahun ini masih terbilang kecil dibanding Jepang atau
Thailand yang mencetak 68.000-70.000 judul per tahun (Kompas, 17/5-2004).
Sebagai perbandingan data perbukuan dari negara Korea, negara yang terpilih
sebagai Guest of Honor Frankfurt Book Fair 2005, mungkin berguna Saat ini, di
bidang industri perbukuan, Korea mengandalkan pada produksi buku untuk
anak-anak, termasuk di dalamnya komik. Berdasarkan data judul buku yang
diterbitkan pada tahun 2002, buku bacaan anak menempati urutan kedua, yaitu 17
persen dari total judul buku. Tempat pertama adalah komik, yaitu 25 persen dari
total judul buku yang terbit pada tahun 2002 (Kompas, 18/10-2003).
Pendidikan Seumur Hidup
Dengan keadaan pendidikan formal seperti sekarang ini akan banyak
penduduk Indonesia yang tidak dapat mengenyam pendidikan. Pemerintah memang
sudah berusaha untuk meningkatkan daya tampung sekolah formal seperti yang
dilakukan pemerintahan Soeharto dengan program SD Inpres, kemudian program
Wajib Belajar 9 tahun, sekolah (SMP) terbuka dan sebagainya. Namun semua itu
belum dapat menampung semua anak usia sekolah. Selain memang daya tampung
sekolah yang belum dapat dipenuhi, ada masalah lain yaitu kemiskinan. Banyak
penduduk miskin yang tidak mau menyekolahkan anaknya ke sekolah formal walaupun
gratis, karena anak buat mereka adalah “mesin uang” yang harus bekerja membantu
orang tuanya mencari nafkah.
Jalan keluar untuk mendidik anak-anak putus sekolah tersebut adalah
pendidikan seumur hidup (life-long education). Pendidikan ini bisa dilakukan
melalui Kejar paket atau Kelompok Belajar Paket A dan Paket B. Bahkan ada Paket
C. Pendidikan ini juga dapat dilakukan melalui kelompok ibu-ibu PKK, Karang Taruna
dan lain-lain.
Perpustakaan, khususnya perpustakaan umum, merupakan unit yang melayani
kebutuhan informasi masyarakat umum sepanjang masa. Karena fungsinya tersebut
maka perpustakaan umum dikenal sebagai salah satu unit yang menyelenggarakan
pendidikan seumur hidup (life-long education). Oleh karena itu Perpustakaan
Umum diharapkan dapat mengembangkan layanan yang mendukung pendidikan seumur
hidup tersebut dengan program-program peningkatan layanan sehingga dapat
memasyarakatkan gemar membaca dan gemar belajar.
4. Upaya Pemecahan Masalah
Tingkat minat baca masyarakat Indonesia tergolong rendah dibandingkan
dengan tingkat minat baca masyarakat bangsa lain. Pernyataan negatif pesimistis
ini sering muncul dan diulang-ulang dalam berbagai laporan hasil penelitian dan
pendapat para pakar yang dituangkan dalam berbagai tulisan atau pun disampaikan
dalam beragam pertemuan ilmiah. Bunanta (2004) menyebutkan bahwa minat baca
terutama sangat ditentukan oleh:
Faktor lingkungan keluarga dalam hal ini misalnya kebiasaan membaca
keluarga di lingkungan rumah
Faktor pendidikan dan kurikulum di sekolah yang kurang kondusif.
Faktor infrastruktur dalam masyarakat yang kurang mendukung peningkatan
minat baca masyarakat.
Serta faktor keberadaan dan keterjangkauan bahan bacaan.
Sementara itu dipahami bahwa terdapat hubungan antara minat baca dengan
tingkat kecepatan pemahaman bacaan bagi peserta didik.
Faktor selanjutnya yang juga sangat berpengaruh adalah pendidikan di
sekolah dan lingkungan tempat tinggal. Pendidikan di sekolah mendorong anak
membaca karena tuntutan pelajaran. Sementara, lingkungan turut mendorong minat
baca karena seorang anak melakukan kegiatan sesuai yang dilakukan orang-orang
di sekelilingnya. Anak menjadi rajin membaca jika masyarakat di sekitarnya
melakukannya.
Prof. Dr. Ki Supriyoko, M.Pd. dalam tulisannya dengan judul “Minat Baca
dan Kualitas Bangsa” di Harian Kompas Selasa, 23 Maret 2004, menyatakan: “
Secara teoritis ada hubungan yang positif antara minat baca (reading interest)
dengan kebiasaan membaca (reading habit) dan kemampuan membaca (reading
ability). Rendahnya minat baca masyarakat menjadikan kebiasaan membaca yang
rendah, dan kebiasaan membaca yang rendah ini menjadikan kemampuan membaca
rendah. Itulah yang sedang terjadi pada masyarakat kita sekarang ini.”
Faktor-faktor berikut ditengarai menghambat peningkatan minat baca dalam
masyarakat dewasa ini (Leonhardt, 1997):
Langkanya keberadaan buku-buku anak yang menarik terbitan dalam negeri
Semakin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng sebelum tidur
bagi anak-anak. Padahal kebiasaan ini merupakan kebiasaanya jaman dulu banyak
dilakukan orang tua.
Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk membaca,
tetapi lebih betah menonton acara-acara televisi.
Harga buku yang semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota
masyarakat
Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi buku
yang lengkap dan menarik.
5. Kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan minat baca
Disamping pembinaan perpustakaan sekolah, hal yang tidak kalah
pentingnya untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan minat baca adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan minat membaca. Kegiatan
tersebut dapat dikembangkan, dan sangat bergantung kepada kreativitas dan
inisiatif tenaga pendidik di sekolah. Beberapa kegiatan yang dianjurkan adalah:
Agar guru pustakawan menerbitkan daftar buku anak-anak
Mengundang pustakawan dan para guru agar beerjasama dalam merencanakan
kegiatan promosi minat baca.
Mengorganisasi lomba minat baca di sekolah.
Memilih siswa teladan yang telah membaca buku terbanyak.
Melaksanakan program wajib baca di sekolah.
Menjalin kerjasama antar perpustakaan sekolah.
Memberikan tugas baca setiap minggu dan melaporkan hasil bacaannya.
Menceritakan orang-orang yang sukses sebagai hasil membaca.
Menugaskan siswa untuk membuat abstrak dari buku-buku yang dibaca.
Menugaskan siswa belajar ke perpustakaan apabila guru tidak hadir.
Menerbitkan majalah/buletin sekolah.
Mengajarkan teknik membaca kepada siswa.
Memberikan waktu khusus kepada siswa untuk membaca.
Menyelenggarakan pameran buku secara periodik.
Dan lain-lain.
Di lingkungan pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal) maka
perpustakaan umum harus memegang peranan penting dalam pembinaan minat atau
gemar membaca.
Beberapa layanan yang perlu mendapatkan perhatian secara khusus antara
lain adalah:
1. Layanan Anak
Sesuai dengan tugas dan fungsi perpustakaan umum yaitu memberikan
pelayanan kepada masyarakat melalui pendayagunaan koleksi bahan pustaka untuk
keperluan pendidikan, penelitian, ilmu pengetahuan, dan rekreasi, maka salah
satu layanan yang diselenggarakan oleh perpustakaan umum adalah layanan anak
atau juga dikenal dengan seksi anak-anak. Berbagai kegiatan disiapkan untuk
kebutuhan anak-anak dari pemilihan bahan pustaka sampai kepada pelayannya
disesuaikan untuk anak menurut usia dan selera anak-anak.
Bahan bacaan anak usia balita lebih ditekankan pada gambar (picture
books) tanpa teks. Anak balita banyak tertarik pada gambar dan warna-warna yang
menyolok. Setelah usia sekolah dasar anak diperkenalkan dengan huruf dan angka.
Oleh karena itu koleksi untuk anak usia ini adalah buku-buku yang banyak gambar
dan berwarna-warni, namun sudah mulai ada sedikit teks. Anak-anak tumbuh dan
berkembang sehingga mereka membutuhkan bacaan-bacaan.
Penyediaan bacaan yang tepat adalah menjadi tanggung jawab pustakawan
agar anak tertarik dan gemar membaca. Anak-anak harus menemukan kepuasan dalam
membaca, karena itu pustakawan tidak boleh mengabaikan selera anak. Anak-anak
membutuhkan bacaan hiburan, informasi, dan hal-hal yang menarik dari
lingkungannya. Televisi dan teknologi informasi telah banyak mengubah kehidupan
anak-anak modern seperti sekarang ini termasuk bahan bacaannya. Oleh karena itu
bacaan anak-anak perlu disesuaikan dengan dunia anak-anak saat ini.
Jenis layanan anak-anak di perpustakaan umum meliputi:
Layanan membaca
Selain meminjamkan bahan pustaka anak-anak, perpustakaan umum
menyediakan layanan anak-anak Balita dan anak-anak sampai usia 12 tahun. Mereka
diarahkan untuk mengembangkan imajinasi, meningkatkan minat baca dan gemar
belajar serta rekreasi yang mendidik.
Bimbingan membaca
Layanan ini diperlukan bagi anak-anak yang membutuhkan bacaan khusus
namun sulit untuk mendapatkannya. Anak-anak diperkenalkan kepada buku secara
bertahap yaitu dengan memberikan buku bergambar tanpa teks. Setelah mengenal
huruf mereka diberi buku bergambar dengan teks sederhana dan mudah dibaca.
Setelah lancar membaca maka mereka diberi buku dengan teks yang lebih banyak
daripada gambar sampai kepada buku yang hanya terdiri dari teks saja. Untuk
acara bimbingan membaca ini perlu dilakukan secara terencana dengan jadwal yang
teratur sehingga tidak mengganggu jam pelajaran sekolah.
Layanan referensi anak
Layanan kepada anak-anak perlu juga dilengkapi dengan layanan referens.
Anak-anak perlu diperkenalkan kepada buku-buku referens sejak dini. Bahan
referens untuk anak-anak mencakup ensiklopedia, kamus, atlas dan lain-lain.
Pustakawan yang bertugas di bagian referens anak-anak dapat memberi bimbingan
bagaimana mencari informasi, cara menggunakan buku referens dan menjawab
pertanyaan anak-anak.
Acara mendongeng
Layanan mendongeng ini biasanya sangat digemari anak-anak terutama usia
balita dan usia awal sekolah dasar. Pada usia ini anak-anak memiliki rasa ingin
tahu. Karena itu sangat tepat bila pada usia ini diperkenalkan buku-buku yang
sesuai dengan alam pikiran anak-anak. Buku tersebut dapat dibacakan oleh
pustakawan dengan cara seperti mendongeng.
Pustakawan (atau dapat bekerjasama dengan guru TK atau SD) harus
menggunakan koleksi dan alat peraga yang ada di perpustakaan dalam mendongeng.
Pembawa cerita harus mempunyai pengetahuan tentang bacaan anak-anak yang akan
disampaikan.
Waktu untuk melaksanakan acara mendongeng harus disesuaikan dengan waktu
berkunjung anak ke perpustakaan, biasanya waktu libur. Jadwal acara mendongeng
tersebut harus diumumkan di bagian pelayanan sehingga anak-anak tahu kapan
mereka harus berkunjung apabila ingin mendengarkan dongeng tersebut.
Pertunjukan atau pemutaran film
Perpustakaan umum yang memiliki berbagai kegiatan untuk layanan
anak-anak sebaiknya melaksanakan pertunjukan film anak-anak. Untuk
menyelenggarakan acara pemutaran film ini perpustakaan dapat bekerjasama dengan
perpustakaan lain yang lebih besar yang memiliki koleksi film yang lebih
lengkap dan memiliki peralatan pemutar film. Saat ini pemutaran film dapat
menggunakan alat pemutar VCD atau DVD yang diproyeksikan ke layar melalui LCD
proyektor. Beberapa film anak-anak juga tersedia dalam bentuk VCD atau DVD.
Beberapa jenis film dengan tema sejarah, flora dan fauna, alam,
pengenalan tentang negara, penemuan ilmiah dan ruang angkasa dapat menjadi
pilihan untuk diputar.
2. Layanan Remaja
Perbedaan antara layanan anak-anak dengan layanan remaja, setingkat
lebih tinggi dalam menyediakan bahan pustaka yaitu yang sesuai dengan selera
anak remaja. Anak remaja berbeda dengan anak-anak balita. Anak remaja sudah
mulai mengenal identitas dirinya sehingga perpustakaan harus menyediakan bahan
bacaan yang mengarah kepada bacaan yang dapat mendorong mereka kreatif dan
bacaan yang berisi tokoh-tokoh panutan, misalnya biografi atau sejarah
tokoh-tokoh terkenal, tokoh pahlawan dan lain-lain.
Kemampuan remaja dalam hal meneliti, mengevaluasi dan memperkaya
apresiasi terhadap media komunikasi juga sudah mulai berkembang. Kebiasaan
membaca pada remaja seperti ini akan menjadi modal untuk terus mengembangkan
kemampuannya. Kebiasaan membaca remaja ini harus dipelihara oleh perpustakaan
dengan cara menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Selain bahan bacaan yang sesuai dengan selera remaja, bahan bacaan yang harus
disediakan harus pula mendukung kurikulum sekolah baik roman, fiksi maupun maupun
non fiksi yang mencakup pengetahuan populer yang bermanfaat bagi remaja.
3. Layanan Kelompok Pembaca Khusus
Selain layanan anak dan remaja perpustakaan umum juga biasanya
menyelenggarakan layanan khusus yang diberikan kepada masyarakat yang berada di
lembaga pemasyarakatan, panti asuhan, panti jompo, penyandang cacat seperti
tuna netra dan tuna rungu, serta petugas yang terpencil seperti guru, penjaga
mercu suar dan perbatasan. Untuk menyelenggarakan layanan khusus seperti ini
diperlukan persiapan dan perencanaan yang matang sehingga apa yang disampaikan
sesuai dengan masyarakat yang dilayaninya. Beberapa pertimbangan diperhatikan
seperti:
Kebutuhan, selera, pendidikan, usia dan keamanan/ ketertiban pembaca
Waktu pelayanan pada setiap lokasi tentu tidak tiap hari karena kondisi
mereka yang berbeda dengan masyarakat yang berbeda dengan masyarakat umumnya
Petugas layanan pada unit layanan khusus harus lebih terampil dan
mempunyai kesabaran yang tinggi serta luwes dalam mengambil keputusan.
Layanan khusus bagi masyarakat tersebut bukan hanya bertujuan agar
mereka terampil menggunakan perpustakaan, namun lebih dari itu agar masyarakat
tersebut mendapatkan tambahan pengetahuan, sehingga rasa percaya diri mereka
dapat tumbuh dan mereka yakin dapat berbaur dengan masyarakat lain di luar
lingkungannya.
4. Layanan perpustakaan keliling
Layanan perpustakaan keliling merupakan layanan ekstensi atau perluasan
layanan dari perpustakaan umum. Perpustakaan keliling ini dilakukan baik
melalui kendaraan darat, laut dan sungai, bahkan melalui udara. Layanan
perpustakaan keliling dilakukan dengan angkutan dari yang sederhana sampai
kepada kendaraan modern. Misalnya saja ada perpustakaan keliling yang masih
menggunakan sepeda, sepeda motor, namun juga ada yang menggunakan bus atau truk
dan sudah dilengkapi dengan komputer yang bisa akses ke internet. Mobil
perpustakaan keliling ini sekarang dikenal dengan nama mobil library. Mobil
library atau perpustakaan bergerak/ keliling sangat efektif sebagai sarana
layanan perpustakaan umum. Penyelenggaraan perpustakaan keliling ini bertujuan
untuk mendekatkan koleksi kepada pemakainya, sebab banyak pemakai yang tinggal
jauh dari perpustakaan tidak berkesempatan mengunjungi perpustakaan. Padahal
mereka juga membutuhkan layanan perpustakaan.
Sarana mobil unit perpustakaan keliling telah digunakan oleh semua
negara di dunia untuk melayani masyarakat yang jaraknya jauh dari jangkauan
layanan perpustakaan umum. Meskipun demikian pada negara-negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia dengan segala daya memberikan pelayanan
perpustakaan kepada masyarakat terpencil atau daerah kumuh seperti kota-kota
yang berpenduduk padat dan berekonomi lemah sehingga tidak mampu menyediakan
bahan bacaan bagi keluarganya.
Dalam menyelenggarakan layanan perpustakaan keliling ini perpustakaan
perlu merencanakan jadwal pelayanan mobil unit perpustakaan keliling untuk
melayani beberapa lokasi yang jaraknya berjauhan dari perpustakaan umum dan
sekolah-sekolah yang belum memiliki perpustakaan. Setiap mobil keliling membawa
kotak sebanyak lokasi layanan (service point) dan atau kelompok-kelompok
pembaca. Setiap kotak berisi judul buku yang berbeda-beda dengan kotak lain
sehingga bisa dirotasi dari satu lokasi ke lokasi lainnya sesuai aturan yang
telah dijadwalkan oleh pustakawan. Pustakawan menyusun jadwal dan merencanakan
pelaksanaan di lapangan agar mobil unit perpustakaan keliling berjalan lancar.
Kegiatan pengembangan layanan perlu didukung dengan pengembangan koleksi
berupa bacaan-bacaan kreatif, dan bacaan-bacaan lokal seperti cerita rakyat
tentang kejadian sebuah kota atau desa dan lain-lain.
Siswa juga perlu melakukan sesuatu agar dapat menumbuhkan dan
selanjutnya meningkatkan minat bacanya, yaitu: 1) Yakin bahwa gemar membaca
merupakan hal yang terbaik untuk dapat bersaing di era global, 2) memiliki niat
yang tulus untuk membaca, 3) library visit, seringlah mendatangi perpustakaan
setiap ada waktu luang, 4) menambah wawasan dengan menyisihkan uang lebih untuk
membeli buku, minimal satu buku setiap bulannya, bukan membeli pulsa 5)
mulailah membaca sebuah buku dengan membaca daftar isinya terlebih dahulu, 6)
catatlah setiap ada informasi penting dari buku yang Anda baca, dan 7) having
funs with book, bersenang-senang dengan buku, dan 8) Book talks, atau ceritakan
atau sampaikan informasi yang telah Anda peroleh setelah membaca buku kepada
teman Anda, begitu juga sebaliknya.
Ketika Anda akan membeli sebuah buku, coba Anda perhatikan nasihat di
bawah ini, yaitu: 1) carilah buku yang sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif
(pengetahuan) Anda, 2) pilihlah buku yang sesuai dengan tingkat perkembangan
bahasa Anda, dan 3) pilihlah buku yang sesuai dengan tingkat perkembangan moral
Anda, serta 4) pilihlah buku yang membicarakan masalah yang aktual dan
bermanfaat bagi Anda. Pemenuhan kriteria di atas dapat dilakukan dengan
memperhatikan: format buku, cara penulisan, cara penyajian, bahasa yang
digunakan, dan isi bacaan.
Ketika minat baca sudah tumbuh pada diri Anda (siswa), lanjutkan dengan
meningkatkan kemampuan membaca efektif Anda. Beberapa kiat yang dapat Anda
lakukan adalah: 1) berlatihlah menggerakkan mata Anda dengan leluasa dari atas
ke bawah, dari kiri ke kanan atau sebaliknya, 2) tingkatkan kemampuan mengingat
Anda dengan mencoba mengingat kembali kalimat atau ide pokok setiap paragraf
yang telah Anda baca, 3) cobalah berlatih membaca cepat setiap surat kabar yang
ada dengan cara memahami letak isi utama setiap jenis tulisan, misalnya untuk
berita pada lead berita, 4) selalulah memegang buku dan pena di mana pun Anda
berada dengan membaca daftar isi setiap buku, dan 5) lakukan kegiatan membaca
buku yang Anda pilih setelah membaca daftar isinya di setiap ada kesempatan.
Demikian kiat yang dapat Anda lakukan untuk menumbuhkan minat baca Anda
sebagai seorang siswa dan diharapkan nantinya Anda menjadi orang-orang maniak
buku yang dilanjutkan menjadi seorang penulis. Ingat don’t write if you don’t
read. Semoga sukses.
Empat cara atau alternatif membaca yaitu:
1. Membaca kata perkata, baris demi baris, yang sangat berguna untuk
membaca materi yang sulit.
2. Skimming, yaitu alinea pilihan atau baris pertama alinea.
3. Scanning, yaitu memeriksa semua materi untuk mencari sesuatu yang
khas misalnya nama atau angka.
4. Membaca visual, mengejar kelompok kata dengan urutan mana suka. Cara
ini cocok untuk memahami bacaan yang agak sulit serta yang mudah.
Index : (sumber materi)
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE