Tere Liye – Daun yang
Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
“Daun yang jatuh tak pernak membenci angin. Dia
membiarkan dirinya jatuh begitu saja. Tak melawan. Mengikhlaskan semuanya.
Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang
indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus
memahami, pemahaman yang tulus.
Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, pemahaman
itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian yang sedih dan menyakitkan.
Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawa
pergi entah kemana.”
“Hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu
ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta."
“Orang yang memendam perasaan seringkali terjebak
oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk
membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya
senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul
yang nyata dan mana simpul yang dusta.”
“Bukan ketika diomeli, dimarahi, dicereweti yang
menyakitkan. Itu sih tandanya orang lain masih sayang.
Yang lebih menyakitkan adalah: saat orang lain
memutuskan sudah tidak peduli lagi. Ditegur tidak, disapa juga tidak, didiamkan
saja. Dianggap tidak ada.
Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kaupangkas
lagi. Semakin kautikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kauinjak, helai
daun barunya semakin banyak.”
Tere Liye
– Berjuta Rasanya
“Suatu saat jika kau beruntung menemukan cinta
sejatimu. Ketika kalian saling bertatap untuk pertama kalinya, waktu akan
berhenti. Seluruh semesta alam takzim menyampaikan salam. Ada cahaya keindahan
yang menyemburat, meggetarkan jantung. Hanya orang - orang yang beruntung yang
bisa melihat cahaya itu, apalagi berkesempatan bisa merasakannya.”
“..ajarkan aku untuk selalu memiliki hati yang
cantik, hati yang cantik… Tidak peduli meski orang-orang tidak pernah sekali
pun menyadari kecantikan hati tersebut.”
“ Orang - orang yang jatuh cinta terkadang
terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri."
"Seseorang yang mencintaimu karena fisik,
maka suatu hari ia juga akan pergi karena alasan fisik tersebut. Seseorang yang
menyukaimu karena materi, maka suatu hari ia juga akan pergi karna materi.
Tetapi seseorang yang menccintaimu karena hati, maka ia tidak akan pernah
pergi! Karena hati tidak pernah mengajarkan tentang ukuran relatif lebih baik atau
lebih buruk”
“Mungkin ada benarnya juga buku - buku itu
bilang. Orang - orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang
diciptakan oleh hatinya sendiri.”
“Tetapi orang-orang yang paham, selalu
menggunakan 'pintu hati' dalam bentuk cinta, rasa suka manapun.”
"Tidak semua orang mendapatkan pilihan
pertama dalam hidup ini. Tapi kita bisa hidup sama bahagianya dengan mereka,
meski hanya mendapatkan pilihan kedua, ketiga, atau bahkan keseratus-satu."
“Lebih baik mendengarkan kebenaran meski itu amat
menyakitkan, Kawan. Dibandingkan mendengarkan kebohongan meski itu menyenangkan.
Bagi orang-orang yang memendam rindu, mencintai dalam diam, maka apa-apa yang ditunjukkannya hanyalah bagai gunung es di dalam samudera, hanya memperlihatkan pucuk kecil dari betapa besar perasaan itu di bagian dalamnya. Besarrr sekali yang tersembunyi.
Lepaskanlah, maka semoga yang lebih baik akan datang.
Lepaskanlah, maka semoga suasana hati akan lebih
ringan.
Pemirsa,
Orang yang beneran cinta sama kita, nembak bilang "i love u"-nya nggak sendirian. Dia datang serombongan, bareng keluarga besar.
Pilihlah pasangan yang kaya. Tapi bukan kaya hartanya, melainkan kaya waktunya, sehingga dia punya banyak waktu untuk dihabiskan bersama kita--termasuk saat dia sibuk sekalipun.
Karena hari ini, orang-orang sebenarnya lebih banyak bercengkerama dengan pasangan nempel terusnya, yaitu gagdet macam HP, laptop, dsbgnya.
Cinta, perasaan suka, dan sejenisnya, memiliki begitu banyak pintu untuk datang. Kita, umumnya, lebih sering menggunakan 'pintu mata'.
Tetapi orang-orang yang paham, selalu menggunakan 'pintu hati' dalam bentuk cinta, rasa suka manapun.
Tere Liye
– Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah
“Perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu
sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintang di
langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika.
Perasaan adalah perasaan."
“Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah
adalah omong kosong.”
“Berasumsi dengan perasaan, sama saja dengan membiarkan hati kau diracuni harapan baik, padahal boleh jadi kenyataannya tidak seperti itu, menyakitkan.”
"Perasaan adalah perasaan, meski secuil,
walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh
tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat, hebat sekali
benda bernama perasaan itu, dia bisa membuat harimu berubah cerah dalam sekejap
padahal dunia sedang mendung, dan di kejap berikutnya mengubah harimu jadi
buram padahal dunia sedang terang benderang"
“Cinta itu macam musik yang indah. Bedanya,
cinta sejati akan membuatmu tetap menari meskipun musiknya telah lama
berhenti.”
“Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu
tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai
bintang di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus
matematika. Perasaan adalah perasaan.”
Tere Liye
– Rembulan Tenggelam di Wajahmu
“Bagi manusia, hidup itu juga sebab-akibat,
Ray. Bedanya, bagi manusia sebab-akibat itu membentuk peta dengan ukuran
raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain,
kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya
lagi, kemudian entah pada siklus yang keberapa, kembali lagi ke garis kehidupanmu....
Saling mempengaruhi, saling berinteraksi.... Sungguh kalau kulukiskan peta itu
maka ia bagai bola raksasa dengan benang jutaan warna yang saling melilit,
saling menjalin, lingkar-melingkar. Indah. Sungguh indah. Sama sekali tidak
rumit.”
“Hanya orang-orang dengan hati damailah yang
boleh menerima kejadian buruk dengan lega.”
“Andaikata semua kehidupan ini menyakitkan,
maka di luar sana pasti masih ada sepotong bagian yang menyenangkan. Kemudian
kau akan membenak pasti ada sesuatu yang jauh lebih indah dari menatap rembulan
di langit. Kau tidak tahu apa itu, karna ilmumu terbatas. Kau hanya yakin ,
bila tidak di kehidupan ini suatu saat nanti pasti akan ada yang lebih
mempesona dibanding menatap sepotong rembulan yang sedang bersinar indah.”
“Semua orang selalu diberikan kesempatan untuk
kembali. Sebelum mau menjemput, sebelum semuanya benar-benar terlambat. Setiap
manusia diberikan kesempatan mendapatkan penjelasan atas berbagai pertanyaan
yang mengganjal hidupnya.”
Tidak semua luka harus dibayar dengan luka.
Tere Liye
– Hafalan Shalat Delisa
“Ya Rabb, Engkaulah alasan semua kehidupan ini.
Engkaulah penjelasan atas semua kehidupan ini. Perasaan itu datang dariMu.
Semua perasaan itu juga akan kembali kepadaMu. Kami hanya menerima titipan. Dan
semua itu ada sungguh karenaMu...
Katakanlah wahai semua pencinta di dunia. Katakanlah ikrar cinta itu hanya karenaNya. Katakanlah semua kehidupan itu hanya karena Allah. Katakanlah semua getar-rasa itu hanya karena Allah. Dan semoga Allah yang Maha Mencinta, yang Menciptakan dunia dengan kasih-sayang mengajarkan kita tentang cinta sejati.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk merasakan hakikatNya.
Semoga Allah sungguh memberikan kesempatan kepada kita untuk memandang wajahNya. Wajah yang akan membuat semua cinta dunia layu bagai kecambah yang tidak pernah tumbuh. Layu bagai api yang tak pernah panas membakar. Layu bagai sebongkah es yang tidak membeku.”
Katakanlah wahai semua pencinta di dunia. Katakanlah ikrar cinta itu hanya karenaNya. Katakanlah semua kehidupan itu hanya karena Allah. Katakanlah semua getar-rasa itu hanya karena Allah. Dan semoga Allah yang Maha Mencinta, yang Menciptakan dunia dengan kasih-sayang mengajarkan kita tentang cinta sejati.
Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk merasakan hakikatNya.
Semoga Allah sungguh memberikan kesempatan kepada kita untuk memandang wajahNya. Wajah yang akan membuat semua cinta dunia layu bagai kecambah yang tidak pernah tumbuh. Layu bagai api yang tak pernah panas membakar. Layu bagai sebongkah es yang tidak membeku.”
“Maha Suci Engkau Ya Allah, yang telah
menciptakan perasaan. Maha Suci Engkau yang telah menciptakan ada dan tiada.
Hidup ini adalah penghambaan. Tarian penghambaan yang sempurna. Tak ada milik
dan pemilik selain Engkau. Tak ada punya dan mempunyai selain Engkau.
Tetapi mengapa Kau harus menciptakan perasaan?
Mengapa Kau harus memasukkan bongkah yang disebut dengan "perasaan"
itu pada mahkluk ciptaanMu? Perasaan kehilangan...perasaan memiliki...perasaan
mencintai...
Kami tak melihat, Kau berikan mata; kami tak
mendengar, Kau berikan telinga; Kami tak bergerak, Kau berikan kaki. Kau
berikan berpuluh-puluh nikmat lainnya. Jelas sekali, semua itu berguna! Tetapi
mengapa Kau harus menciptakan bongkah itu? Mengapa Kau letakkan bongkah
perasaan yang seringkali menjadi pengkhianat sejati dalam tubuh kami. Mengapa?”
Tere Liye
– Sunset Bersama
Rosie
“Mengerti bahwa memaafkan itu proses yang
menyakitkan. MEngerti, walau menyakitkan itu harus dilalui agar langkah kita
menjadi jauh lebih ringan. Ketahuilah, memaafkan orang lain sebenarnya jauh
lebih mudah dibandingkan memaafkan diri sendiri.”
“Tak Peduli seberapa membahagiakan atau
menyedihkan, hidup harus terus berlanjut. Waktulah yang selalu menepati janji
dan berbaik hati mengobati segalanya.”
“Aku harus menyibukkan diri. Membunuh dengan tega
setiap kali kerinduan itu muncul. Ya Tuhan, berat sekali melakukannya…. Sungguh
berat, karena itu berarti aku harus menikam hatiku setiap detik.”
"Ada banyak cara menikmati sepotong
kehidupan saat kalian sedang tertikam belati sedih. salah satunya dengan
menerjemahkan banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak lazim. saat
melihat gumpalan awan di angkasa. saat menyimak wajah-wajah lelah pulang kerja.
saat menyimak tampias air yang membuat bekas di langit-langit kamar. dengan
pemahaman secara berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula.
memberikan kebahagiaan utuh -yang jarang disadari- atas makna detik demi detik
kehidupan.”
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE