Kelas kata adalah golongan kata dalam
satuan bahasa berdasarkan kategori bentuk, fungsi, dan makna dalam sistem
gramatikal. Untuk menyusun kalimat yang baik dan benar dengan berdasarkan
pola-pola kalimat baku, pemakai bahasa haruslah mengenal jenis dan fungsikelas kata terlebih dahulu agar tidak terjadi
kesalahan.
Dalam Bahasa Indonesia, ada beberapa kelas kata
yaitu :
1. Kata Kerja (Verba)
1. Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata-kata yang menyatakan perbuatan atau tindakan. Semua
kata yang mengandung imbuhan me-, ber-, di-, kan-, dan -i atau
penggabungannya termasuk dalam kata kerja. Tetapi ada juga kata kerja yang
tidak mengandung bentuk imbuhan di atas, karena merupakan bentuk kata dasar,
misalnya tidur, bangun, mandi, datang, pulang, dan sebagainya.
Segala macam kata kerja mempunyai suatu kesamaan, baik yang memiliki
imbuhan ataupun tidak. Kesamaan tersebut merupakan ciri utama kata kerja, yaitu
dapat diperluas dengan “dengan + kata sifat”, misalnyabelajar dengan rajin.
Kata Kerja bisa diberikan kata tidak
Contoh :
-
Kepala Kantor Pertanahan tidak mengadakan rapat
hari ini
-
Petugas loket itu tidak berada di tempat
2. Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah semua kata yang dapat diterangkan dengan menambahkan yang
+ kata sifat (Keraf, 1991:58). Misalnya jalan yang
bagus,dan pelayanan yang memuaskan. Selain itu, kata benda
juga dapat diawali dengan kata bukan tetapi tidak bisa diawali
dengan kata tidak.
Kata benda dapat berupa kata benda dasar dan kata benda turunan. Kata benda
dasar merupakan kata benda yang berupa kata dasar atau kata benda yang tidak
berimbuhan, contohnya rumah dan murid. Sedangkan
kata benda turunan berupa (1) kata benda yang berimbuhan, contohnya penyiar danbendungan; (2)
kata benda dengan bentuk reduplikasi, misalnya rumah-rumah,dan buku-buku;
serta (3) kata benda majemuk, contohnya sapu tangan danminyak
goreng.
Kata Benda dibedakan atas dasar bentuk dan
kategorinya
Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan menjadi :
Berdasarkan bentuknya, nomina dibedakan menjadi :
-
Nomina dasar, contoh : buku, kantor, berkas,
kursi, dsb.
-
Nomina turunan, contoh :
menggunakan
awalan ke-, contoh : kekasih
menggunakan
awalan per- , contoh : pertanda
menggunakan
awalan pe- , contoh : penulis
menggunakan
awalan peng- , contoh : pengantar
menggunakan
akhiran -an , contoh : terbitan
menggunakan
awalan peng- dan akhiran -an , contoh : pengumuman
menggunakan
awalan per- dan akhiran -an , contoh : perundang-undangan
menggunakan
awalan ke- dan akhiran -an , contoh : kedudukan
Berdasarkan kategorinya, nomina dibedakan
menjadi:
Nomina
bernyawa dan tak bernyawa
Contoh nomina bernyawa : manusia, kucing, sapi,
dsb
Contoh nomina tak bernyawa : berkas, kantor,
kunci, dsb
Nomina
terbilang dan tak terbilang
Contoh nomina terbilang : empat buku, sepuluh
lembar kertas, dsb
Contoh nomina tak terbilang : air, awan, tinta, dsb
Contoh nomina tak terbilang : air, awan, tinta, dsb
3. Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat merupakan kata yang menyatakan sifat atau
keadaan dari suatu nomina (kata benda) atau suatu pronominal (kata ganti)
(Keraf, 1991:88). Misalnya tinggi, mahal, baik, dan rajin. Semua kata sifat dalam Bahasa Indonesia dapat
mengambil bentuk se + reduplikasi kata
dasar + nya,serta
dapat diperluas dengan paling, lebih, dan sekali,
misalnya paling cepat, lebih
cepat, dan cepat sekali.
Adjektiva ditandai dengan kata-kata agak,
lebih, sangat, paling
Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi adjektiva dasar, adjektiva turunan, dan adjektiva paduan
Berdasarkan bentuknya, adjektiva dibedakan menjadi adjektiva dasar, adjektiva turunan, dan adjektiva paduan
a.
Adjektiva Dasar : beberapa contoh adsjektiva
dasar : cantik, cerdas, cepat, disiplin, dsb
Contoh:
* Pengukuran dengan menggunakan teodolit menghasilkan data yang jauh lebih tepat dari pada pengukuran dengan menggunakan meteran
* Para pegawai yang tidak disiplin mendapat teguran dari atasannya
* Pengukuran dengan menggunakan teodolit menghasilkan data yang jauh lebih tepat dari pada pengukuran dengan menggunakan meteran
* Para pegawai yang tidak disiplin mendapat teguran dari atasannya
b.
Adjektiva Turunan : beberapa adjektiva turunan
seperti : alami, sungguh-sungguh, dsb
Contoh :
* Hasil
foto udara tampak lebih alami
* Usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, akan mendapatkan hasil yang memuaskan
* Usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh, akan mendapatkan hasil yang memuaskan
c. Adjektiva Paduan :
Ajektiva
paduan terbagi menjadi dua bagian yaitu :
1. Adjektiva paduan koordinatif : setiap kata tidak saling menerangkan, seperti : panjang tangan, murah hati, berkas lengkap, dsb.
Contoh :
* Kepala Kantor mengatakan bahwa berkas lengkap agar segera diproses
2. Adjektiva Subordinatif : salah satu kata menerangkan kata lainnya, seperti : rapi jali, cantik molek, dsb
Contoh :
* Mahasiswi yang cantik jelita itu ternyata murah hati juga
1. Adjektiva paduan koordinatif : setiap kata tidak saling menerangkan, seperti : panjang tangan, murah hati, berkas lengkap, dsb.
Contoh :
* Kepala Kantor mengatakan bahwa berkas lengkap agar segera diproses
2. Adjektiva Subordinatif : salah satu kata menerangkan kata lainnya, seperti : rapi jali, cantik molek, dsb
Contoh :
* Mahasiswi yang cantik jelita itu ternyata murah hati juga
4. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan merupakan kata yang memberi penjelasan pada kalimat atau
bagian kalimat lain. Kata keterangan dibagi menjadi dua, yaitu kata keterangan
yang menyatakan seluruh kalimat, dan kata keterangan yang menyatakan unsur
kalimat (Chaer, 2006:162-163).
Kata keterangan yang menerangkan keseluruhan kalimat mempunyai empat
fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain (1) kepastian, yaitu memang,
pasti, tentu; (2) keraguan atau kesangsian, yaitu barangkali,
mungkin, kiranya, rasanya, agaknya, rupanya; (3) harapan, yaitu semoga,
moga-moga, mudah-mudahan, hendaknya; dan (4) frekuensi, yaitu seringkali,
sesekali, sekali-kali, acapkali, jarang.
Kata keterangan yang menerangkan unsur kalimat berfungsi untuk menyatakan
(1) waktu, yaitu sudah, telah, sedang, lagi, tengah, akan, belum,
masih, baru, pernah, sempat; (2) sikap batin, yaitu ingin, mau,
hendak, suka, segan; (3) perkenan, yaitu boleh, wajib, mesti, harus,
jangan, dilarang; (4) frekuensi, yaitu jarang, sering, sekali, dua kali;
(5) kualitas, yaitu sangat, amat, sekali, lebih paling, kurang, cukup;
(6) kuantitas dan jumlah, yaitubanyak, sedikit, kurang, cukup, semua,
beberapa, seluruh, sejumlah, sebagian, separuh, kira-kira, sekitar, kurang
lebih, para, kaum; (7) penyangkalan, yaitutidak, tak, tiada, bukan;
dan (8) pembatasan, yaitu hanya, cuma.
5. Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti adalah kata yang dipakai untuk menggantikan kata benda yang
menyatakan orang untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu. Misalnya murid dapat
diganti dengan kata ganti dia, atau ia. Keterangan
lebih lanjut tentang kata ganti dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Orang
|
Tunggal
|
Jamak
|
I
II
III
|
Aku, daku, ku-, -ku,
Engkau, kamu, kau-,
-mu, anda
Ia, dia, -nya, beliau
|
Kami (eksklusif), kita
(inklusif)
Kamu sekalian, anda sekalian
Mereka
|
Sumber: Keraf
(1991:62)
Berdasarkan bagan di atas, kami dan kita sama-sama
berfungsi sebagai kata ganti orang pertama jamak. Bedanya, kami bersifat
eksklusif, sedangkankita bersifat inklusif. Kami bersifat
ekslusif artinya pronomina itu mencakup pembicara dan orang lain di pihaknya
tetapi tidak mencakup orang lain di pihak pendengar. Sebaliknya, kita bersifat
inklusif artinya pronomina itu tidak saja mencakup pembicara dan orang lain di
pihaknya tetapi juga orang lain di pihak pendengar (Alwi, 2003:252)
6. Kata Penghubung (Konjungsi)
Kata penghubung merupakan kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata
dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat. Berdasarkan
fungsinya, kata penghubung dibedakan menjadi dua macam yaitu (1) kata
penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya
sederajat atau setara; dan (2) kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan
klausa yang kedudukannya bertingkat.
Kata penghubung yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang
kedudukannya sederajat atau setara dibedakan menjadi kata penghubung yang (1)
menggabungkan biasa, yaitu dan, dengan, serta; (2) menggabungkan
memilih, yaitu atau; (3) menggabungkan mempertentangkan, yaitu tetapi,
namun, sedangkan, dan sebaliknya; (4) menggabungkan
membetulkan, yaitu kata penghubung melainkan dan hanya;
(5) menggabungkan menegaskan, yaitu bahkan, malah (malahan), lagipula,
apalagi, dan jangankan; (6) menggabungkan membatasi, yaitu kecuali,
hanya; (7) menggabungkan mengurutkan, yaitu lalu, kemudian,
selanjutnya; (8) menggabungkan menyamakan, yaitu yakni, yaitu,
bahwa, adalah, ialah; dan (9) menggabungkan menyimpulkan, yaitu jadi,
karena itu, oleh sebab itu.
Kata penghubung yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya
bertingkat dibagi menjadi kata penghubung yang menggabungkan (1) menyatakan
sebab, yaitu sebab, karena; (2) menyatakan syarat, yaitu kalau,
jikalau, jika, bila, apabila, asal; (3) menyatakan tujuan, yaitu agar,
supaya; (4) menyuatakan waktu, yaitu ketika, sewaktu, sebelum,
sesudah, tatkala; (5) menyatakan akibat sampai, hingga, sehingga;
(6) menyatakan sasaran, yaitu untuk, guna; (7) menyatakan
perbandingan, yaituseperti, sebagai, laksana; (8) menyatakan tempat,
yaitu kata penghubung tempat.
7. Kata Depan (Preposisi)
Kata depan adalah kata yang digunakan di depan
kata benda untukmerangkai kata benda tersebut dengan bagian
kalimat lain. Chaer (2006:122) membagi kata depat berdasarkan fungsinya, yaitu
kata depan yang menyatakan (1) tempat berada, yaitu di, pada, dalam, atas, dan antara; (2) arah asal, yaitudari; (3) arah tujuan, yaitu ke, kepada, akan, dan terhadap; (4) pelaku, yaituoleh; (5) alat, yaitu dengan, dan berkat; (6) perbandingan, yaitu daripada; (7) hal atau masalah, yaitu tentang dan mengenai; (8) akibat, yaitu hingga dansampai; (9)
tujuan, yaitu untuk, buat, guna, dan bagi.
Preposisi adalah kata yang terletak di depan
kata lain sehingga membentuk frasa (kelompok kata yang tidak mempunyai subjek
maupun predikat)
Preposisi ada dua macam yaitu preposisi dasar dan preposisi turunan
* Preposisi dasar : di, ke, dari, pada, demi, dsb
Contoh :
Preposisi ada dua macam yaitu preposisi dasar dan preposisi turunan
* Preposisi dasar : di, ke, dari, pada, demi, dsb
Contoh :
- Reforma Agraria perlu dilaksanakan demi
kemakmuran bangsa
- STPN adalah satu-satunya perguruan tinggi kedinasan di Indonesia
* Proposisi turunan : di alinea, di antara, di atas, ke dalam, di mana, dsb
Contoh :
- STPN adalah satu-satunya perguruan tinggi kedinasan di Indonesia
* Proposisi turunan : di alinea, di antara, di atas, ke dalam, di mana, dsb
Contoh :
- Penjelasan mengenai sejarah terjadinya
konflik pertanahan terdapat di alinea pertama pada Bab V laporan ini
- Setelah selesai praktikum Ilmu Ukur
Tanah, mahasiswa diminta untuk segera mengembalikan teodolit di atas meja ruang
pengembalian alat.
8. Kata Sapaan
Kata sapaan adalah kata-kata yang digunakan untuk menyapa, menegur, atau
menyebut orang kedua, atau orang yang diajak bicara (Chaer, 2006:107). Kata
sapaan menggunakan kata-kata dari perbendaharaan kata nama diri dan kata nama
perkerabatan.
Kata sapaan dalam bentuk nama diri dapat digunakan dalam bentuk utuh
seperti Tina, Hasan, dan Asti, dapat pula
digunakan dalam bentuk singkatnya, seperti Tin, San, dan As. Begitu
juga dengan nama perkerabatan. Bentuk utuh dan bentuk singkat dari nama
perkerabatan dapat dipakai, misalnya Pak dari bentuk utuh
Bapak, Dik dari bentuk utuh adik, dan Bu dari
bentuk utuh Ibu.
9. Kata Penunjuk
Kata penunjuk adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan
suatu benda. Chaer (2006:110) membagi kata penunjuk memjadi dua yaitu ini danitu. Kata penunjuk ini digunakan untuk menunjuk suatu benda yang letaknya
relatif dekat dari pembicara, sedangkan kata penunjuk itu digunakan
untuk untuk menunjuk benda yang letaknya relatif jauh dari pembicara.
10. Kata Bilangan
Kata bilangan adalah kata yang menunjukkan nomor, urutan
atau himpunan. Menurut bentuk dan fungsinya, kata bilangan dibagi menjadi kata
bilangan utama dan kata bilangan tingkat (Chaer, 2006:113). Kata bilangan utama
seperti satu, dua, tiga,
empat, dan seterusnya.
Sedangkan kata bilangan tingkat seperti pertama, kedua,
ketiga, keempat, dan
seterusnya.
11. Kata Penyangkal
Kata penyangkal merupakan kata yang digunakan untuk
menyangkal atau mengingkari suatu hal atau suatu peristiwa. Chaer (2006:119)
menyatakan bahwa kata penyangkal yang ada dalam Bahasa Indonesia yaitu kata tidak atautak, tiada, bukan, dan tanpa.
12. Kata
Tanya
Kata tanya merupakan kata yang digunakan sebagai pembantu dalam kalimat
tanya, yang menanyakan tentang benda, orang, atau keadaan. Keraf (1992:68)
menyatakan bahwa kata tanya asli dalam Bahasa Indonesia adalah (1) apa, untuk
menanyakan benda; (2) siapa, untuk menyakan orang, dan (3)mana untuk
menanyakan pilihan.
Ketiga kata tanya tersebut dapat dgabungkan dengan bermacam-macam kata
depan, seperti dengan apa, dengan siapa, dari mana, untuk apa, untuk
siapa, ke mana, buat apa, buat siapa, kepada siapa, dari apa, dan dari
siapa. Adapula kata tanya lain yang bukan menanyakan orang atau benda,
melainkan menanyakan keadaan atau perihal, seperti mengapa, bilamana,
berapa, kenapa, dan bagaimana.
13. Kata
Seru
Kata seru merupakan kata yang digunakan untuk mengungkapkan
perasaan. Ada dua macam kata seru bila dilihat dari strukturnya yaitu kata seru
yang berupa kata-kata singkat dan kata seru yang berupa kata-kata biasa (Chaer,
2006:193). Kata seru yang berupa kata-kata singkat misalnya wah, cih, hai, o, oh, nah, ha, dan hah. Sedangkan kata seru yang berupa kata-kata biasa
seperti aduh, celaka, gila,
kasihan, dan ya ampun, serta
kata serapan astaga, masya Allah,
Alhamdulillah, dan
sebagainya.
14. Kata
Sandang
Chaer (2006:193) menyatakan bahwa kata sandang yang ada
dalam Bahasa Indonesia adalah si, dan sang. Kata sandang si digunakan di depan kata nama diri, kata nama
perkerabatan, dan kata sifat, contohnya si Hasan, si adik, dan si gendut. Sedangkan kata sandang sang berfungsi
untuk mengagungkan dan digunakan di depan nama tokoh pahlawan, nama tokoh
cerita, atau nama sesuatu yang dihormati, misalnya Sang Mahaputra, Sang kancil, Sang merah putih.
15. Partikel Penegas
Partikel penegas merupakan morfem yang digunakan untuk
menegaskan (Chaer, 2006:194). Partikel penegas dalam Bahasa Indonesia adalah -kah, -tah, -lah, -pun, dan -ter.
Comments
Post a Comment
BC Adetya Rakasihwi - tidak bertanggung jawab atas isi komentar yang ditulis. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE